Monday, April 30, 2018

Eksplorasi Pangan di Kota Semarang Semarak Semanak


"You are what you eat."


Yak, geser ke kiri semua.
Tagline ini belakangan makin marak di penggiat hidup sehat. Gue juga sudah mulai menerapkannya sejak tahun 2011 walau belum diterapin secara maksimal. Ya namanya juga masih manusia. Keinginan daging masih lekat, yekan. YOLO kalau kata netijen, You Only Live Once.

Apa yang kita makan memang sangat berpengaruh dan menentukan diri kita sendiri. Berpengaruhnya tentu saja di kesehatan. 

Kenapa berpengaruh di kesehatan? Ya klean pikir saja, penyakit tidak menular yang sekarang makin beragam itu emang dari mana? Tetes kinderjoy. Ya dari makanan, cyin. Selain karena faktor keturunan juga tentunya.
Sebut saja diabetes, penyakit jantung, kanker, penyakit paru-paru. Menurut data WHO tahun 2012, penyakit tidak menular bertanggung jawab atas 68% kematian secara global. Ngeri gak, tuh? Ya kalau kagak ngeri mungkin ngana termasuk manusia siap mati kapan saja. 

Makanan tentu saja memiliki hubungan erat dengan berbagai jenis penyakit tidak menular tersebut. Makanan yang masuk ke dalam tubuh kita secara rutin dan selama bertahun-tahun ternyata memiliki dampak buruk bagi kesehatan. 

Kok bisa?

Ya coba dipikir aja, setiap hari makannya apa aja? Kalau hanya mau gorengan terus atau jajan junk food setiap minggu dikira enggak ada efek? 

Diabetes bisa terjadi karena tubuh sudah tidak merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas. Penyakit ini juga disebabkan oleh kelainan reaksi kimia dari asupan yang kita makan sehingga metabolisme tubuh terganggu. 

Itu satu contoh saja penyakit tidak menular yang termasuk penyebab kematian tertinggi juga di dunia. 

Kembali ke soal makanan. Kira-kira asupan makanan apa yang tepat? 

Beberapa kali gue datang ke event dan bahasan tentang pangan lokal selalu dikemukakan. Klean tahu tidak kalau negeri kita ini kaya sekali akan sumber makanan yang bermanfaat dan menyehatkan bagi tubuh. 

Sumber protein yang baik misalnya. Orang-orang selalu menganggap ikan salmon sebagai ikan kaya asam lemak omega-3, asam eicosapentaenic (EPA), dan asam docosahexaenoic. Padahal ini ikan impor. Indonesia punya ikan kembung yang manfaatnya setara dengan ikan salmon. Bahkan sebenarnya jauh lebih baik. 

Source: solutif.com
Atau dari kalsium. Orang-orang tahunya susu sapi sebagai sumber kalsium utama. Padahal sayuran menghasilkan kalsium juga. Daun kelor misalnya, kalsiumnya empat kali lebih banyak dari susu sapi. Daun ini masih banyak tumbuh di sekitar tempat tinggal gue yang emang masih banyak lahan hijaunya. Kebanyakan tumbuh secara liar. 

Menurut Prof. Dr. Ir Rindit Pambayun, MP, beliau adalah Kepala Pusat Penelitian Pangan Lemlit UNSRI. Sebagian besar olahan makanan di Indonesia sudah memenuhi kebutuhan nutrisi yang baik bagi tubuh. Ikan mas arsik, bandeng presto, combro, atau sayur daun ubi tumbuk adalah jenis makanan yang memiliki gizi baik. 

See, pangan lokal kita sebenarnya lebih banyak manfaatnya ketimbang promosi makanan dari tv atau radio yang kebanyakan diproduksi negara lain demi mencari keuntungan. 

Saat gue dan tim #JelajahGiziSemarang berjalan-jalan di hari ketiga, kebetulan gue satu mobil odong-odong--eh mobil wisata perkebunan kopi--sama Prof. Ahmad. Sewaktu mobil kami berhenti karena mobil di depan juga berhenti, Prof. Ahmad turun dan memetik beberapa macam tanaman liar yang tumbuh di areal perkebunan kopi. Salah satunya adalah daun babandotan. 

Source: Pak Dadang
Daun ini permukaan sisi atasnya licin tapi bagian bawahnya berbulu. Memiliki khasiat sebagai obat luka atau untuk diabetes melitus. Tumbuhan ini tumbuh begitu saja, loh, di perkebunan kopi. Dan banyak lagi tumbuhan lainnya yang tumbuh liar di negeri kita ini. 

Panganan lokal di Indonesia ada banyak sekali dan memiliki khasiat yang bermanfaat bagi tubuh jika diolah dengan cara yang benar. Jangan malu kalau dikatakan doyan makanan lokal. Selain enak justru lebih sehat.

Nah, di #JelajahGiziSemarang kami tentu saja mencicipi berbagai macam makanan khas dari daerah tersebut. 

Apa aja yang bisa dicicipi di kota yang katanya berasal dari kisah 
pohon asem yang arang-arang ini? 

1. Lumpia Semarang


Sebelum gue berangkat ke Semarang teman gue sudah wanti-wanti buat nyicipin lumpianya. Pas banget salah satu destinasi #JelajahGiziSemarang adalah Gang Lombok. 

Lumpia di Gang Lombok ini sudah sangat terkenal karena berasal dari satu garis keturunan yang diturunkan secara generasi ke generasi. Citarasa akulturasi antara masakan Tionghoa dan Jawa. Makanan semacam rollade yang berisi rebung, telur, daging ayam atau udang. Kalau berkunjung ke Semarang, lumpia ini cocok juga sebagai oleh-oleh. 

2. Lontong Cap Go Meh


Selain lumpia, Lontong Cap Go Meh juga makanan yang tercipta karena akulturasi kebudayaan dari Tionghoa dan Jawa. Kandungan nutrisinya juga sudah pas, ada karbohidrat, sayuran dan protein. Gue mencicipi ini di RM. Semarang di hari pertama kedatangan #JelajahGiziSemarang.

3. Nasi Langgi



Olahan nasi dengan bahan rempah, santan, dan asam jawa ini bisa juga ditemukan di RM. Semarang. Porsi yang pas cukup mengenyangkan bagi gue. Karena sebelum makan sudah disajikan lumpia dan siomay sebagai makanan pembuka. Kemudian ada Es Cao dan Es Rujak sebagai pencuci mulut.

4. Soto Bangkong


Di hari kedua, kami menikmati Soto Bangkong. Soto dengan kuah jernih ini daging ayamnya melimpah. Disajikan bersama nasi, sate usus, sate kerang, bakwan dan tempe goreng. 

5. Babat Gongso


Ada dua jenis babat yang disajikan, nasi babat biasa atau nasi goreng babat. Gue kebetulan gak sempat menyicipi karena telanjur memesan nasi pecel yang sudah membuat perut kenyang. Kan rugi sekali memesan lalu tidak dimakan. Sama saja dengan menyia-nyiakan makanan. Kami mencicipi Babat Gongso Pak Karmin yang letaknya tak jauh dari Kota Lama Semarang. 

Aduh, mendadak kangen kota Semarang Semarak Semanak. 


Ayam Missyou Semarang.  Ow~ ow~

2 comments:

  1. Nasi langi suka banget. Salam kenal mbak...

    ReplyDelete
  2. mulai sekarang aku akan memesan Kembung Sashimi dibanding salmon yang mahaaal tapi khasiatnya bagusan Kembung

    ReplyDelete