Beberapa hari terakhir ini profil BBM saya adalah keadaan di Manado dan sekitarnya, karena kebanyakan emang teman dan saudara saya tinggal di sana. Saya juga dulu termasuk salah satu penduduk di Sulawesi Utara tersebut.
Hati saya miris lihat keadaan kota yang dulu pernah saya tinggali itu. Bagaimana tidak, longsor di jalur Tomohon-Manado yang sempat membuat warga di daerah Tomohon dan sekitarnya terisolasi. Banjir bandang di Tikala, Paal 2, Singkil yang tingginya mencapai 3 meter dan memakan korban sampai belasan jiwa. Belum lagi ombak besar di tepian pantai akibat kiriman dari Filipina. Kondisi di Manado sungguh tragis karena listrik padam selama berhari-hari dan warga yang terperangkap di rumah bahkan di gedung kantor, sehingga harus dievakuasi menggunakan perahu karet, dsb. Beruntung orang tua, teman, kerabat dan saudara saya selamat dan jauh dari lokasi musibah tersebut.
Saya jadinya berpikir, apa ya yang bisa saya lakukan untuk membantu para korban. Saya sempat post di Twitter yang isinya kira-kira begini:
"Ada ide gak buat bantu korban bencana di Sinabung dan Manado?"
Iya, melihat bencana di Manado secara otomatis saya membawa serta bencana Sinabung karena dua daerah tersebut sama-sama terkena bencana alam. Tak berapa lama twit saya diresponi sama @siputriwidi. Dia ternyata memiliki pemikiran yang sama tapi belum ada ide. Karena kami sama-sama penulis amatir, saya menyarankan sesuatu yang berhubungan dengan dunia tulis-menulis.
Ide awal adalah membuat proyek menulis cerpen yang akan dibukukan. Di mana peserta selain mengirimkan karya juga ikut menyumbang dengan minimal nominal yang ditentukan. Jadilah saya mulai melobi teman-teman penulis lain yang ada di Twitter. Yang sebagian besar belum pernah ketemu langsung karena berada di kota lain. Saya akrab dengan mereka hanya melalui media sosial saja.
Gayung bersambut, satu persatu mereka yang saya hubungi mau untuk ambil bagian dalam rencana spontan ini. Setelah terkumpul kurang lebih 15 orang, kami ngobrol di grup BBM. Membahas apa yang akan kami lakukan, membagi ide bagaimana cara cepat untuk mengumpulkan donasi. Ide terlontar dari @indtari,
"Bagaimana kalo kita lelang buku aja? Buku koleksi pribadi."
Semua kompak setuju. Karena jika kami harus mengadakan proyek nulis terlebih dulu prosesnya mungkin akan sedikit lama sedangkan kami butuh menggalang dana secara cepat. Jadilah kami mulai menentukan langkah apa yang harus kami perbuat. Membentuk panitia inti, membagi tugas dan mulai bekerja.
Kami akhirnya membuat satu akun baru yang nantinya akan menjadi wadah untuk melakukan kegiatan lelang buku tersebut. Dengan kesepakatan bersama kami memilih nama @bookaholicfund. Para anggota BFG (bookaholic fund game) sejak berdirinya akun tersebut langsung melakukan promosi di twitter. Mengajak siapa saja untuk ikut serta dalam lelang buku pada pukul 20.00 WIB malam ini dan beberapa malam ke depan.
Sampai post ini saya buat, ada banyak antusiasme dari pihak lain selain anggota kami yang mempromosikan akun @bookaholicfund.
Akun @bookaholicfund terbentuk bukan karena euforia sesaat, ini adalah program jangka panjang. Kami tidak akan berhenti hanya pada memberi bantuan ke korban bencana erupsi di Sinabung atau banjir bandang di Manado. Kami berencana tetap mengumpulkan donasi untuk charity. Ke depannya akan ada proyek lain yang segera kami susun, semoga bisa secepatnya.
Ini adalah sebuah pergerakan, karena jika kita hanya bisa prihatin tanpa berbuat apa-apa adalah sia-sia. Ada banyak cara untuk membantu sesama. Cara kami dengan membentuk @bookaholicfund. Semoga apa yang kami lakukan ke depannya bisa membawa manfaat untuk orang lain dan sekitar.