Saturday, December 31, 2016
Fuck You, 2016
Wednesday, December 28, 2016
Liburan Singkat di Palabuhan Ratu
Mendekati gua baunya semakin menyengat. Si kakak sempat mengeluh. Busuk banget katanya. Tapi akhirnya dia sedikit melupakan soal bau saat melihat ratusan kelelawar yang beterbangan di dalam gua.
Ketika Si Kecil Terkena Radang Paru-paru
Yang paling menyebalkan saat anak sakit adalah komentar orang-orang sekitar, bahkan dari keluarga sendiri.
Kamu kasih makan apa sih sampe sakit begitu?
Kamu jagain dengan benar gak sih? Kok bisa sampe sakit begitu?
Dst...
Dst...
Padahal mana ada orangtua, apalagi seorang ibu yang mau anaknya sakit.
Saya sama sekali tidak ada niat dalam mengurus anak saya dan berharap mereka sakit. Sama seperti orangtua lainnya yang ingin memberikan yang terbaik bagi anak mereka, saya pun begitu.
Makanya saat mendengar diagnosa dokter perihal sakit anak saya, rasanya seluruh isi perut saya melorot jatuh sampe ke dasar kaki. Mata saya bahkan sudah panas, tapi saya tahan agar airmata gak jatuh.
Bagaimana hati saya tidak teriris saat dokter bilang kalo anak saya terkena radang paru-paru akut.
Tapi orang lain emang lebih senang nge-judge duluan ketimbang ngasih komentar yang menenangkan buat orangtuanya.
Mereka gak tahu kalo saya menangis sampe terisak sambil memeluk anak saya usai visit dokter. Mereka gak tahu kalo saya menyalahkan diri saya sendiri. Karena walaupun saya sudah berusaha memberikan yang terbaik kepada anak-anak saya, tetap saja dia bisa sakit. Saya masih manusia, anak saya juga. Dan semua pasti sakit.
Sebenarnya saya tidak menduga kalau anak kedua saya akan menderita penyakit ini lagi.
Baca: Tolong, Kedua Anak Saya Sakit.
Setelah si kakak sembuh, pun si adek. Pada hari Sabtu sore badan si adek kembali demam. Saya menganggap kalau demam ini karena kecapekan saja. Ternyata sampai hari Minggu badannya masih hangat. Bahkan sempat naik turun.
Suami pada hari Minggu siang harus berangkat ke Jepara. Dia pergi dengan membawa kekhawatiran. Tapi saya yakinkan kalau si adek baik-baik saja. Saya tidak ingin dia bekerja dengan membawa beban. Bisa-bisa mempengaruhi pekerjaannya.
Di hari Senin, saya dan si adek mesti menemani si kakak yang hari itu akan ujian PAS. Karena saya meniadakan jemputan untuk bulan Desember, jadinya saya yang harus mengantar dan jemput. Soalnya rugi kalau dia memakai jemputan yang harus bayar full padahal hanya masuk 4 hari saja.
Saat di sekolah kondisi si adek belum juga membaik. Selama menunggu dia hanya tiduran di paha saya walau tidak demam.
Malam harinya usai si kakak belajar dan sudah tertidur. Si adek mengeluh kalau kepalanya panas. Wajahnya terlihat pucat dan kuyu. Saat itu perasaan saya sudah mulai was-was. Sejak Sabtu dia demam dan ini sudah hari Senin tapi demamnya masih juga naik turun, padahal sudah diberi obat.
Saya lalu menelepon suami yang kebetulan sudah selesai kerja dan sudah kembali ke hotel. Saya mengabarkan kalau besok niatnya saya akan membawa si adek ke RS. Maklum, si kakak masih ujian dan besok hari terakhir. Jadi setelah pulang sekolah kami bisa mampir ke RS.
Suami menyuruh untuk segera diperiksa. Katanya bawa lagi ke bidan. Saya menolak dibawa ke bidan karena pengalaman saat si kakak sakit obat yang diberikan sama seperti obat sebelumnya. Lagipula saya yakin untuk tahu penyakitnya harus diperiksa darah. Karena sudah tiga hari demamnya tak kunjung reda. Hanya saja jika pergi malam itu saya sedikit dilema.
Setelah berdebat kecil dengan suami dan memikirkan keadaan anak yang sakit, malam itu juga akhirnya saya memilih membawa si adek ke RS. Si kakak yang sudah tertidur terpaksa dibangunkan. Kebetulan tetangga depan rumah belum tidur, jadi bisa dimintai tolong untuk mengantar.
Saat itu saya membawa si adek tanpa berharap akan dirawat inap. Pikir saya, setelah periksa darah dia bisa dirawat jalan saja. Ternyata hasil tes darahnya cukup bikin syok. Sel darah putihnya sangat tinggi. Kata dokter, itu penyebab demannya naik turun. Tentu saja si adek mesti dirawat inap karena harus diberi antibiotik injeksi.
Saat itu pula dilema saya kian besar. Kami datang ke RS tanpa persiapan kalau si adek bakal opname, jadinya hanya membawa diri saja tanpa perlengkapan ini itu. Puji Tuhan, selalu ada jalan keluar. Ada yang bisa menemani si adek sementara saya balik lagi ke rumah untuk mempersiapkan keperluan selama di RS. Saya juga harus menyiapkan seragam si kakak dan tas sekolahnya.
Subuh sekali saya sudah bangun untuk menyiapkan si kakak ke sekolah. Ada rasa kasihan sebenarnya karena saya dan si kakak tidur pukul setengah dua pagi dan harus bangun jam setengah lima. Tapi untungnya si kakak gak rewel.
Pukul 6 pagi saya sudah mengantar si kakak ke depan RS, Puji Tuhan lagi, ada yang bisa menjemput untuk bareng ke sekolah. Si adek saya titip sebentar ke orangtua pasien yang sekamar dengannya.
Karena masa tidur saya hanya sedikit, setelah si adek sarapan dan minum obat, saya memilih tidur lagi. Untung si adek juga ikut tertidur. Tapi jam 9 saya sudah harus bangun, karena si kakak akan pulang. Gurunya memesankan grab untuk mengantarnya sampai ke depan RS. Ada rasa khawatir sebenarnya saat si kakak harus naik grab seorang diri. Tapi syukurlah dia bisa tiba dengan selamat. Saya sedikit lega karena ujiannya juga sudah selesai dan si kakak gak ada remedial. Jadi dia gak perlu ke sekolah lagi sampai acara Natalan dan penerimaan rapor. Satu masalah saya selesai.
Saya pikir kami hanya akan berada di RS selama 2-3 hari saja. Tapi ternyata si adek harus menghabiskan antibiotik injeksi sebanyak enam botol. Dua botol perhari. Si adek masuk RS pada hari Senin malam sedangkan antibiotiknya baru diberikan pada hari Rabu. Artinya baru akan selesai pada hari Jumat.
Selama beberapa hari itu si adek mendapat beberapa perawatan, rontgen dan tes mantoux. Untuk rontgen sendiri hasil yang terbaca ada banyak sekali flek di dadanya. Sedangkan untuk tes mantoux, hasilnya negatif.
Test mantoux adalah suatu cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC.Tes mantoux itu dilakukan dengan menyuntikan suatu protein yang berasal dari kuman TBC sebanyak 0,1 ml dengan jarum kecil di bawah lapisan atas kulit lengan bawah kiri.
Karena hasil tes mantoux negatif, lalu pemeriksaan darah untuk kedua kalinya hasilnya sudah normal. Hari Sabtu itu akhirnya kami bisa pulang, walau harus menunggu dokternya sampai hampir tengah malam. Karena harus seizin dokter dulu.
Dokter memberikan penjelasan tentang obat yang akan diminum selama 6 bulan dan surat kunjungan berikutnya, setelahnya barulah kami bisa check out.
Di awal tahun 2015 sebenarnya si adek sudah pernah dirawat inap juga di RS yang sama dan didiagnosa pneumonia. Tapi saat itu oleh dokternya hanya diberi perawatan uap saja dan antibiotik injeksi. Tidak ada rontgen, pemeriksaan darah ataupun tes mantoux seperti kali ini. Bahkan tidak ada pengobatan selama 6 bulan seperti lazimnya mereka yang terkena penyakit radang paru-paru. Mungkin karena hal itulah makanya si adek harus dirawat lagi. Karena penyakit radang paru-paru ini pengobatannya harus rutin dan sampai selesai jika ingin pulih.
Sekarang sudah dua minggu lebih si adek harus mengkonsumsi obatnya. Diminum setiap kali dia bangun tidur saat perut kosong. Masih ada 5 bulan setengah lagi sampai masa pengobatannya selesai. Dalam masa ini tubuhnya masih rentan terkena penyakit lain. Kemarin dalam seminggu, dia terkena gondongan dan nyeri di kepala akibat efek samping radang paru-parunya.
Puji Tuhan hari ini dia sudah ceria dan beraktivitas seperti biasanya. Saya hanya bisa berharap si adek bisa tumbuh sehat terus sampai besar.
Thursday, December 8, 2016
Drama Korea Terbaru di Bulan Desember 2016
- Drama: Goblin/ Goblin: The Lonely and Great God
- Director: Lee Eung Bok
- Writer: Kim Eun Sook
- Network: tvN
- Episodes: 16
- Release Date: 2 Desember 2016
- Runtime: Jumat & Sabtu. Pukul 20.00
- Gong Yoo
- Kim Go Eun
- Lee Dong Wook
- Yoo In Na
- Drama: Love for A Thousand More
- Director: Kim Ki Yoon, Park Bong Sub
- Writer: Kwak Kyeong Yoon, Na Jae Won, Seo Ji Yeong
- Network: Naver Tv Cast
- Episodes: 10
- Release Date: 5 Desember 2016
- Runtime: Senin & Jumat. Pukul 11.00
Cast
- Hwang Seung Eon
- Kim Hee Jung
- Kim Jin Woo
- Jang Ki Yong
- Drama: Seven First Kisses
- Director: Jeong Jeong Hwa
- Network: Naver Tv Cast
- Episodes: 10
- Release Date: 5 Desember 2016
- Runtime: Senin & Kamis. Pukul 11.00
- Choi Ji Woo
- Lee Joon Ki
- Park Hae Jin
- Ji Chang Wook
- Lee Jong Suk
- Lee Min Ho
- Kai
- Taecyeon
- Lee Cho Hee
- Drama: The Birth of A Married Woman
- Director: Lee Jeong Hoon
- Writer: Choi Do Hee, Kang Seon Woo
- Network: SBS
- Episodes: 10
- Release Date: 9 Desember 2016
- Runtime: Jumat. Pukul 11.40
- Lee Joon Hyuk
- Yoon Seung Ah
- Drama: Sound of Your Heart
- Director: Ha Byung Hoon
- Writer: Jo Suk, Lee Byung Hoon
- Network: KBS2
- Episodes: 20
- Release Date: 9 Desember 2016
- Runtime: Jumat. Pukul 23.00
- Lee Kwang Soo
- Kim Dae Myung
- Jung So Min
- Kim Byung Ok
- Kim Mi Kyung
- Drama: Solomon's Perjury
- Director: Kang Il Soo
- Writer: Miyuki Miyabe, Kim Ho Soo
- Network: JTBC
- Episodes:
- Release Date: 16 Desember 2016
- Runtime: Jumat & Sabtu. Pukul 20.30
- Kim Hyun Soo
- Jang Dong Yoon
- Seo Ji Hoon
- Drama: Hwarang/ Hwarang: The Poet Warrior Youth
- Director: Yun Seong Sik
- Writer: Park Eun Young
- Network: KBS2
- Episodes: 20
- Release date: 19 Desember 2016
- Runtime: Senin & Selasa. Pukul 22.00
- Park Seo Joon
- Go Ara
- Minho
- Kim Taehyung
Kira-kira itulah rangkaian list drakor yang saya buat di bulan Desember ini. Oh iya, untuk 7 First Kisses bisa ditonton di channel Youtube Lotte, sedangkan Love for A Thousand Years bisa ditonton di channel YGEntertainment.
Sampai jumpa di list drakor tahun depan. Semoga kita semua masih diberi umur panjang dan kesehatan dari Sang Maha Kuasa untuk memasuki 2017 nanti.
Thursday, December 1, 2016
#HecticWeek: Tolong, Kedua Anak Saya Sakit
Pagi itu saya berencana membuat jeniper untuk diminum selagi perut kosong, mengupas buah untuk sarapan, lalu mencuci piring kotor sisa semalam yang belum dicuci karena saya kecapean. Padahal saya gak biasa membiarkan piring kotor di bak cucian. Pengecualian malam sebelumnya.
Tapi ternyata takdir pagi itu berkehendak lain. Pompa air saya gak mau nyala. OH TIDAK!
Pagi saya langsung terasa suram sekali. Bangun dengan banyak rencana tapi hilang sukacita seketika saat pompa air gak bisa hidup. Padahal jam 7 harus siap-siap berangkat ke gereja.
Sial seolah menjadi teman akrab saya setiap kali suami ke luar kota. Ya gimana enggak, ini bukan kali pertama saya terjebak dengan urusan rumah tangga yang sebenarnya bukan keahlian saya. Dulu pas suami gak ada, pernah dapur saya kebanjiran karena mampet. Dramanya lagi, saat itu hujan deras dan mati lampu. Rasanya saya pengin teriak dan bilang kalo hidup gak adil tapi takut disambar petir.
Video call dengan suami juga gak berjalan lancar karena semua yang dia perintahkan di telepon gak membantu atau membuat pompa air hidup. Saya malah makin frustasi. Mana ibadah di gereja mulai jam 8, dan saya harus membawa laporan kegiatan natal.
Tadinya saya sudah mau membatalkan untuk masuk gereja, tapi selama ini jarang sekali saya gak masuk gereja. Selalu ada rasa bersalah tiap kali gak masuk gereja. Jadilah, dengan air seadanya di kamar mandi, saya berbagi air dengan dua krucil.
Tiba di gereja sudah mau khotbah dari gembala. Tapi saya gak bisa fokus karena data yang saya miliki tidak lengkap padahal sudah harus dimasukkan ke bendahara. Belum lagi pompa di rumah yang entah siapa yang bakal perbaiki nanti.
Sebelum berangkat, si kakak sudah mengeluh kepalanya hangat. Saya emang sempat memeriksa sebentar tapi fokus teralih ke pompa air dan harus buru-buru ke gereja.
Anak saya yang pertama ini tipe yang hiperaktif. Gak pernah bisa diam kecuali tidur. Dan sakit. Ketika dia merasa sakit, maunya hanya tidur-tiduran saja. Semangatnya padam seperti api yang disiram air. Di gereja saja dia hanya duduk diam, padahal biasanya dia selalu lari-larian atau bercanda dengan temannya.
Sepulang gereja si kakak memilih langsung rebahan di kamar walau saya paksa dulu untuk makan sebelum dia tidur. Saya gak mengukur suhu tubuhnya karena masih fokus sama pompa. *emak macam apa ini*
Beruntung, ada tetangga saya yang selalu membantu saat suami gak ada. Tadinya saya minta nomor tukang pompa, kali aja mereka punya. Eh ditawarin untuk diliatin dulu sama suami tetangga saya. Ternyata masalahnya ada di kabel dekat mesin yang putus. Setelah diperbaiki pompa saya langsung nyala. HALELUYA!!
Saat pompa air gak nyala saya nelangsa. Hidup tanpa air selama beberapa jam itu tersiksa sekali. Setelah jadi saya sangat bersyukur. Dan akhirnya bisa fokus ke si kakak yang sakit.
Saya tipe ibu yang kalo anak sakit dibiasakan dulu makan yang bener dan banyak minum. Saya gak akan langsung memberi obat penurun panas. Karena saya pernah baca, demam itu salah satu tanda ketika tubuh diserang penyakit. Jadi semacam mekanisme tubuh untuk melawan sakit juga. Kebetulan saya penganut Food Combining sejak 4 tahun lalu. Jadi kalo anak sakit selalu saya cekoki buah dan sayur.
Saya sempat cemas karena hari Senin anak saya mesti sekolah, apalagi sudah mau PAS. Tapi saat saya cek jadwalnya, PAS-nya dimulai hari Kamis. Ada sedikit lega karena saya berniat minta izin sehari agar si kakak istirahat dulu di rumah.
Senin tiba, demam si kakak tak kunjung reda. Malah naik turun. Dia juga mulai mengeluhkan sakit kepala. Saya belum juga ngasih obat penurun panas. Saya percaya demannya bakal turun hari itu.
Selasa juga tiba, demam si kakak masih setia. Ditambah dia sudah muntah-muntah. Saya langasung memberinya parasetamol dan mengolesi perutnya dengan minyak kayu putih. Hari itu, suami rencananya sudah mau pulang jadi saya pikir sekalian bawa si kakak ke RS buat periksa.
Tapi hidup saya selalu ada plot twist-nya, si adek juga demam. Dia mengeluh perutnya sakit. Lalu setelah itu dia bolak-balik kamar mandi. Diare.
Saya sudah mulai panik. Ngurus anak satu sakit aja melelahkan, karena saya mesti siaga siang malam. Ini dua-duanya sakit. Mana jadwal kepulangan suami tertunda. Tolong...
Beberapa hari sebelumnya, anak teman saya harus diopname karena gejala yang hampir sama. Demam, diare, malas makan. Katanya karena bakteri. Untung kedua anak saya masih lahap makannya. Saya berharap kalo kedua anak saya tidak mengalami hal yang sama. Semoga hanya demam biasa karena diare atau sakit kepala. Jangan karena bakteri, atau yang mengerikan, kena DBD.
Karena suami belum bisa pulang, saya kembali mengandalkan bantuan tetangga. Suami tetangga yang mengantar saya dan krucil berobat.
Malamnya setelah makan dan minum obat, kondisi dua krucil berangsur baikan. Demam keduanya turun walau satunya masih ngeluh sakit kepala dan satunya masih bolak-balik kamar mandi.
Hari Rabu, kondisi keduanya semakin membaik. Demam mereka sudah tidak ada. Mereka juga sudah bercanda dan tertawa. Hal yang tidak terjadi saat keduanya terbaring di kamar. Itu salah satu tanda kalo mereka berdua sudah hampir sembuh.
Dan sekarang Kamis, si kakak udah bisa masuk sekolah dan si adek juga udah sehat. Sekaligus menutup rangkaian cerita #HecticWeek saya.
Kantin sekolah, nungguin si kakak PAS.
-
https://www.youtube.com/watch?v=M-r0o5iX3_I Yang kalian lihat di atas adalah book trailer dari buku baru gue. Kece, kan? Gue yang bikin s...
-
Beberapa hari sebelum Natal, suami pulang ke rumah sambil menawarkan ide layaknya seorang sales . "Gimana kalo kita ganti langga...
-
Itu jari siapa? Jari gue. Jari telunjuk yang ada di tangan kiri gue kulitnya berubah seperti itu sekarang. Gue lupa kapan tepatn...