Salah seorang teman SMA saya ketika ditanya kepengin punya anak lagi dengan lugas langsung menjawab TIDAK! Dia termasuk perempuan yang menghadapi proses persalinan cukup traumatis. Harus melewati fase belasan jam kontraksi dengan harapan akan melahirkan secara pervaginam. Sayangnya ketika memasuki pembukaan serviks bayinya terjepit di leher rahim karena panggulnya kecil. Prosedur berikut yang dilakukan adalah ekstraksi vakum. Ada tiga orang suster mendorong di bagian perut saat dia mengejan sementara dokter dan suster lainnya siaga dengan vakum ekstraktor. Nihil. Bayi tetap susah keluar. Mau tak mau prosedur seksio sesaria dijalankan. Bayinya lahir dengan selamat, semua keluarganya bahagia tapi memori itu meninggalkan guncangan ke teman saya.
Kebayang nggak sih proses letih dan sakitnya persalinan teman saya itu lalu orang lain dengan seenaknya menyeletuk:
- "Anaknya udah gede, kasih dong adik biar nggak sendirian."
- "Baru cowok nih cari lagi dong cewek biar sepasang."
... dan banyak lagi bacotan basa-basi orang lain yang notabene nggak punya kontribusi apa-apa di hidup teman saya.
Sementara pengalaman melahirkan dua anak saya sendiri termasuk persalinan normal yang lumrah. Kontraksi belasan jam lalu anak lahir. Anak kedua pun begitu walau harus diinduksi karena sudah berapa jam jalur serviks masih stuck di bukaan 2. Puji Tuhan lahir dengan aman tanpa rasa trauma.
Lucunya proses persalinan belakangan ini dianggap sebagai sebuah kompetisi. Banyak jempol warrior di media sosial masih aja mempermasalahkan pilihan persalinan seorang perempuan. Sesama perempuan pula yang berkompetisi. Melahirkan secara pervaginam dianggap lebih superior dan natural ketimbang c-section. Padahal menjadi seorang ibu apa pun prosesnya ya tetap seorang ibu.
Melahirkan secara sesar pasti dilakukan karena banyak pertimbangan atau melihat risiko, bukan karena alasan-alasan nggak masuk akal macam "biar vaginanya tetap rapet". Tahu nggak sih, risiko kematian persalinan sesar itu lebih tinggi daripada persalinan normal. Sekitar 13:100.0000.
Persalinan sesar memiliki banyak efek: pendarahan, infeksi bekas operasi, luka organ di sekitarnya, hernia, komplikasi akibat anestesi, perlekatan setelah operasi, insisional, depresi post natal, bekuan darah yang menyumbat paru, dan untuk bayi berisiko kesulitan bernapas sementara pada neonatus.
Berdasarkan data WHO, 1 dari 5 wanita di dunia melahirkan secara sesar di dunia. Sementara prevalensi kelahiran secara sesar di Indonesia kurang dari 10%. Secara global, angka kelahiran sesar dari tahun ke tahun tidak mengalami penurunan tapi cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Danone mengadakan webinar Bicara Gizi pada hari Rabu, 27 Oktober 2021, dengan tema “Tes Potensi Caesar dan Intervensi Tepat agar Anak Miliki Daya Tahan Tubuh Kuat” yang menghadirkan pembicara ahli di bidangnya terutama yang berhubungan dengan persiapan persalinan pada ibu hamil.
Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K) sebagai pembicara di awal webinar menjelaskan bahwa persalinan sesar adalah metode kelahiran bayi yang dikeluarkan melalui insisi/sayatan perut ibu. Proses persalinan sesar membutuhkan waktu sekitar 40-50 menit, namun jika kasusnya lebih sulit maka akan membutuhkan waktu lebih lama.
Dokter Rima juga menjelaskan perbedaan tentang proses persalinan pervaginam dan persalinan sesar. Persalinan normal memiliki keuntungan:
- bayi dan ibu bisa langsung skin to skin dan inisiasi menyusui dini (IMD) lebih lama
- proses penyembuhan persalinan lebih cepat
- pendarahan lebih sedikit
- persalinan berikutnya akan lebih cepat dengan risiko lebih rendah
Proses persalinan normal selalu menjadi prioritas pertama namun apabila ada masalah atau memiliki risiko tinggi pada saat kehamilan maka persalinan sesar yang akan menjadi pilihan utama.
Proses persalinan sesar dapat dilakukan dengan banyak pertimbangan medis:
- panggul tidak cukup besar untuk dilewati kepala janin
- mengalami preeklamsia atau hipertensi dalam kehamilan dengan risiko tinggi
- memiliki infeksi akut genital (herpes), HIV dan berisiko menularkan ke bayinya
- pernah sesar pada kelahiran sebelumnya lebih dari 2 kali
- kehamilan kembar
- gagal induksi setelah stimulasi
- adanya robekan di rahim ibu pada saat bayi belum dikeluarkan
- adanya kasus gawat janin, dengan berat lebih dari 4000 gram, atau letak lintang/presentasi bokong
- adanya kelainan tali pusat/prolaps atau kelainan plasenta (plasenta previa/akreta -plasenta menutupi jalan lahir, solusio plasenta)
See, banyak banget risiko yang akan dialami. Proses persalinan itu mau apa pun caranya ya risikonya sama aja. Sama-sama sakit juga. Dengan memilih melahirkan secara sesar otomatis harus memikirkan perkembangan sistem imun terutama peran mikrobiota usus. Dr. Molly Oktarina, Sp.A(K) mengingatkan bahwa dalam perkembangan anak terdapat periode emas yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak di kemudian hari. Pada 1000HPK terjadi percepatan pertumbuhan sel-sel badan yang akan menentukan status gizi anak, sel-sel otak dan sel-sel imun/daya tahan tubuh. Ini tentu saja wajib diperhatikan selama proses kehamilan.
Dokter Molly menjelaskan tentang faktor yang memengaruhi perkembangan sistem imun pada 1000HPK dimulai sejak masa kehamilan yang meliputi status gizi ibu, ibu merokok atau tidak, mengkonsumsi minuman alkohol, serta proses kelahiran melalui metode pervaginam atau sesar.
Pusing kan mikirin kepengin punya anak tuh yang diperhatikan banyak banget bahkan sebisa mungkin direncanakan jauh-jauh sebelum masa kehamilan itu sendiri. Buat saya makanya ketika kemarin netijen ngehebohin pilihan seorang selebtwit/selebgram untuk memilih childfree terlalu nganu sekali. Bukan siapa-siapa mereka malah ngatur sama pilihan hidup orang lain. Emang bacot netijen suka ngadi-ngadi.
Bagi buibuk yang sedang dalam masa kehamilan kalau dan lagi melakukan persiapan persalinan. Bisa ikutan akses Tes Potensi Caesar di https://www.nutriclub.co.id/siap-lewati-caesar/tes-potensi-caesar
Isi data pribadi, umur kehamilan dan terakhir haid. Jawab pertanyaan tentang status gizi ibu hamil dan catatan medis operasi berhubungan rahim, dalam dua menit hasilnya akan membantu buibuk yang lagi hamil dalam mempersiapkan persalinan.
Sehat-sehat terus ya bagi yang lagi dalam masa kehamilan. Lancar jaya sampai proses persalinan. Sehat-sehat ibu dan bayinya.