Monday, November 27, 2017

Gue dan 19 Bloger Danone Lainnya

"Coba, ada yang tahu umur saya berapa?" celetuk dokter Inge di sela memberi materi soal Hidrasi sore itu. Mbak Fika yang kebetulan duduk di samping gue spontan menjawab 39 tahun. Dokter Inge hanya bisa tersipu malu, namun segera membantah.


Ternyata, dokter yang berperawakan mungil dengan rambut pendek itu sudah berumur lebih dari setengah abad. Gue dan peserta Danone Blogger Academy lainnya hanya bisa terperangah dengan pengakuan bu dokter. 
Ya siapa juga yang tidak kaget--dan iri. Untuk ukuran yang sudah layak menimang cucu, dokter Inge terlihat sangat muda untuk usianya yang sudah tidak muda lagi. Aging gracefully bahasa kerennya.
Di tengah kekaguman kami dengan sosok yang jadi pemateri terakhir di hari kedua Danone Blogger Academy tersebut, materi soal Hidrasi dijabarkan dengan sangat baik dan menarik dari dokter Inge. Sesekali perempuan berparas cantik itu bercanda dengan peserta atau berpose saat hendak difoto.


Sejak tanggal 3 November, gue dan 19 orang peserta Danone Blogger Academy terpilih untuk mengikuti rangkaian acara offline dari tanggal 3,4, dan 11 November. Kemudian nanti jika tidak ada halangan, pada tanggal 17-19 November nanti kami bakal diajak untuk visit pabrik Danone yang ada di Klaten (baca: Kleiten). Lalu pada tanggal 16 Desember nanti akan diadakan Graduation Night untuk lulusan akademi pertama ini.


Gue sendiri tak pernah mengira bakal terpilih saat mendaftarkan diri dalam pencarian 20 blogger dari Danone Blogger Academy yang bekerja sama dengan Kompasiana ini. Tadinya, yang penting daftar aja dulu. Urusan terpilih atau gak belakangan.
Tahu-tahu gue malah menerima Whatsapp dari salah satu tim Kompasiana, yang menyatakan kalau gue terpilih. Puji Tuhan sekali. Selalu merendahkan ekspektasi adalah koentji. Itu yang selalu gue amalkan tiap kali mendaftar atau mengikuti lomba apa pun. Karena kalau terlalu berharap tinggi, bisa-bisa tergabung dengan barisan sakit hati yang susah move on.
Lebih bersyukur lagi karena materi yang didapat sejak hari pertama benar-benar sangat bermanfaat dan membuka wawasan sekali. Para pemberi materi pun bukan pemateri sembarang. Sebut saja Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, Sp.A(K), Professor Rindit Pambayun, sampai Pungkas Bahjuri Ali, STP, Ms, PhD.




Mana ada gue tahu soal stuntingsebelumnya, yang ternyata menjadi permasalahan kesehatan cukup besar saat ini di Indonesia. Atau perihal makanan berbentuk pureternyata tidak mencukupi pemenuhan gizi pada bayi. Atau ada begitu banyak lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah di bidang kesehatan, hanya sedikit yang mau dikirim ke daerah-daerah terpencil. Ibukota selalu menjadi tempat menuai rezeki paling diinginkan.   
Ya kalau bukan karena kesempatan ini, gue sama aja kayak anak bastard-nya Ned Stark. You know nothing, Jon Snow.

Gue juga sangat bersyukur karena 19 peserta lainnya sangat welcome. Gampang bersosialisasi dan berbaur tanpa pilih-pilih. Para panitia pun sangat mudah diajak bekerjasama dan sangat baik. Games-games yang ada selama ice breaking pun sangat variatif dan menghibur.


Sekali lagi, terima kasih untuk kesempatan ini. Terima kasih Kompasiana. Terima kasih Danone. Satu lagi achievement unlocked tahun ini. 

Thursday, November 9, 2017

Power Lunch Kincir Dot Com

"Anak cantik siapa ini?" sapa seorang laki-laki berkaos putih pada anak perempuan gue yang lagi berdiri melihat persiapan tim KINCIR. Laki-laki itu memegang kemeja di sebelah tangannya, tampak sibuk untuk bersiap-siap.


Gue memang datang terlalu awal dari jadwal acara yang diadakan. Maklum, pergi on time sudah mendarah daging sejak masih sekolah. Kebetulan saat itu gue harus membawa anak perempuan gue karena dia lagi kolokan gak mau ditinggal, padahal biasanya gue datang sendiri ke acara bloger. Sesekali rasanya tak apa selama pihak panitia tidak keberatan, pikir gue.

Untungnya memang dari pihak KINCIR welcome, terlebih laki-laki yang menyapa anak gue yang ternyata adalah Giring Ganesha, CEO sekaligus Co-Founder dari KINCIR.


Hari itu, 2 November 2017, gue menghadiri Power Lunch dari KINCIR dan GDP Venture tentang bagaimana menarik perhatian dari Generasi Z.


Gue sendiri termasuk dalam Gen Y atau milenial, generasi yang sebenarnya cukup unik karena generasi ini tumbuh bersama perubahan teknologi dan perubahan cara komunikasi yang signifikan. Generasi transisilah namanya. Jadi ketika Gen Z hadir, para milenial masih bisa memaklumi pola tingkah mereka.

Tapi bagaimana sih Gen Z ini?

Gen Z adalah generasi yang selalu berusaha mengikuti tren terbaru, menyukai kebebasan, suka mencoba pengalaman baru, pergi liburan, menjadi bagian dari komunitas untuk didengar, dan senang tampil untuk berbagi dengan orang lain.

Chalyren Olivia Herman selaku perwakilan MildBrown Indonesia memaparkan beberapa data menarik soal riset antar generasi ini. Tentu saja fokus utama adalah pada Gen Z. Olivia menjelaskan karakteristik Gen Z, perilaku mereka, seberapa sering waktu yang digunakan untuk bermain gadget, sampai efsiensi sebuah iklan.


Tentang MildBrown Indonesia, mereka adalah perusahaan riset internasional yang memiliki cabang di banyak negara.

KINCIR melihat itu semua. Bagaimana perilaku Gen Z yang selalu berusaha mendapatkan update tren terbaru dan menjadi bagian dari komunitas inilah yang membuat KINCIR merasa perlu untuk fokus sebagai media informasi dan hiburan terpercaya khusus untuk Gen Z ini.

KINCIR merasa harus menjadi garda terdepan memberikan informasi dan hiburan yang baik dan  kompatibel bagi Gen Z ini. Karena dalam kurun 5-10 tahun mendatang mereka inilah penerus bangsa.

KINCIR ingin menjadi media yang memberikan konten-konten terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, mengedukasi, dan penuh visual. Karena itu kebanyakan isinya adalah berita lifestyle. Tapi anak muda zaman sekarang justru menyukai berita semacam itu.

KINCIR pun mengubah wajahnya dengan tagline "We Are Young" dan menghadirkan  3 kanal baru.
Geeky, konten kebudayaan pop khusus anak muda banget, apalagi yang cowok, mulai dari film, komik, game, anime, sampai teknologi dan sains.

Chillax, asal kata dari chill and relax. Konten ini berisi gaya hidup, relasi percintaan, travel, musik, kesehatan, dan pekerjaan.

Terakhir ada Icon. Konten ini dirasa perlu karena anak muda zaman sekarang ternyata masih senang untuk mengidolakan seseorang sebagai panutan. Konten ini biasanya membahas sosok ternama, figur yang viral, selebritas, atau tokoh yang menginspirasi bagi anak muda semisal Raditya Dika.

Selain ketiga kanal di atas KINCIR mengembangkan 2 kanal yang sudah ada dengan tampilan lebih fun, visual dan konten yang mengedukasi.

Turbo, khusus membahas otomotif mulai dari modifikasi sampai pernak-pernik kendaraan.

Style, membahas inspirasi gaya, mulai dari padu padan pakaian, aksesoris, sepatu sampai gaya rambut.

foto: narasumber
Walau target pembaca di KINCIR lebih kepada laki-laki muda, tapi gue sebagai seorang mamak-mamak beranak dua tetap tertarik untuk membaca isi beritanya. Sebagian besar karena kontennya emang gue banget. Karena gue senang film, musik, anime, sampai game.

Kalau semua konten ditawarkan secara menarik seperti ini, klean masih belum tertarik juga baca KINCIR?

Thursday, November 2, 2017

Antara Sistem Pangan dan Kangen


Apa hubungan antara keduanya? Gak ada. Gue cuma melow aja sih karena pas nulis ini lagi kangen sama misua yang belum pulang kerja sampe udah mo tengah malam.

Perkara kangen emang berat, tapi lebih berat lagi saat tahu kalo negara kita ini, negara Indonesia yang sangat dicintai ini ternyata masih memiliki rapor merah soal penyelesaian masalah kesehatan, sistem pangan dan lingkungan hidup.

Kaget enough? Me too.


Tingkat prosentase gizi buruk Indonesia masih sekitar 27,5%. Eits, tenang... itu harus dibanggakan karena kurun tiga tahun prosentase itu menurun. Tadinya gizi buruk berada di 37,2%.

Negara kita ini sudah melakukan banyak upaya untuk pengembangan inovasi sistem pangan sehingga bisa memperbaiki kehidupan masyarakatnya. Makanya pada tanggal 30-31 Oktober kemarin, pemerintah Indonesia dan EAT Foundation berkolaborasi menyelenggarakan Asia Pasific Food Forum (APFF 2017). Forum ini menjadi forum pertama di regional Asia Pasific, dalam periode Sepuluh Tahun Aksi PBB untuk Nutrisi (2016-2025).

Kita harus bangga karena Indonesia dipilih sebagai tuan rumah, karena ini menempatkan negara kita dalam posisi memimpin dan high profile di kawasan Asia Pasific dalam upaya peningkatan kualitas hidup umat manusia dan lingkungan hidup di mana mereka tinggal. Kesediaan ini pula menunjukkan keterbukaan pemerintah kita untuk berusaha keras mencari solusi bagi masalah-masalah global yang berkaitan dengan kesehatan dan sistem pangan. Ini dapat memicu potensi perekonomian, yaitu akan adanya investor-investor yang bersedia berinvetasi dalam bidang pangan.

APFF adalah forum internasional yang mempertemukan semua stokeholders dari berbagai bidang kesehatan, lingkungan hidup dan sistem pangan, akademisi/ilmuwan, NGOs, politisi, pelaku bisnis yang kesemuanya berasal dari berbagai negara.

Kenapa APFF ini penting? Karena tantangan terbesar saat ini ada pada sektor pangan. Sektor pangan ini memengaruhi sektor ekonomi terbesar di dunia. Kebayang gak kalo di tahun 2050 manusia di dunia diperkirakan akan berjumlah 9 miliar penduduk. That's a lot of number. Duit aja kalo segitu banyak bisa dipake hedon dan busy enjoying my life selama beberapa tahun. Atau beli bakso satu negara.

Dari sini timbul masalah lain, yaitu kesehatan. Udah jelas kan kalo manusia bumi bakal segitu banyak nantinya gimana cara ngasih makannya? Negara-negara dengan gizi buruk akan semakin bertambah, bisa-bisa penduduk di negara kita juga gizi buruknya semakin besar. Ini akan menyebabkan degradasi lingkungan secara global.

Salah satu kunci agar kebutuhan pangan ini bisa mencukupi semua penduduk bumi, terkhusus yang berada di Asia Pasific adalah dengan perubahan pola makan. Indonesia sejak dulu dikenal sebagai negara yang kaya. Makanya kita dijajah selama berabad-abad hanya karena kekayaan di tanah air ini. Lempar batang aja bisa jadi pohon saking suburnya tanah di negeri kita ini.

Pemerintah dan bahkan pihak-pihak yang ikut dalam APFF ini, salah satunya adalah dari Javara berharap masyarakat di Indonesia lebih mengandalkan hasil alam di sekitar yang memang banyak bisa dikonsumsi. Contohnya saja tanaman-tanaman liar yang ternyata manfaatnya luar biasa sekali.


Salah satu contoh adalah tanaman kelor, tanaman ini ternyata memiliki nutrisi yang sangat banyak. Bahkan kalsium yang ada di tanamam kelor 14x lebih banyak dari pada yang ada di susu sapi. Mindblowing.

APFF 2017 ini direncanakan akan dihadiri oleh 500 undangan dari berbagai latar belakang. Diharapkan forum ini dapat mempercepat aksi, mendukung kolaborasi ilmiah, serta dapat merancang solusi untuk mengatasi tantangan krusial terkait sistem pangan.

Dan seperti kata gue tadi, Indonesia ini kaya raya. Ada banyak sekali tanaman atau tumbuhan yang sebenarnya bisa diandalkan sebagai bahan makanan. Jangan hanya bergantung dari beras saja. Membiasakan pola makan kembali ke alam dan mulai melestarikan untuk menanam hasil alam sendiri bisa membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan pangan.