Friday, August 31, 2018

Harga Teman Khusus untuk Kamu

Jauh sebelum novel debut gue terbit, entah sudah berapa orang yang komen di medsos untuk meminta gratisan atau harga teman. Yang komen ini rata-rata teman dekat atau saudara. Rasanya nyesek ketika orang terdekat justru berkomentar seperti itu. Bagaimana ya, novel gue bisa terbit itu butuh kerja keras dan hasil mikir selama kurang lebih 8 tahun. Nggak ujug-ujug menulis lalu diterima penerbit dan diterbitkan. Tidak seperti itu wahai netijen dan saudara sebangsa setanah air.

Gue sampai bikin status "minimal kalau nggak bisa dukung secara materiil tolong dukung secara moril aja" karena bagi gue mending diucapin "selamat bukunya sudah terbit" jauh lebih baik ketimbang minta gratisan atau harga teman. Ya kan minta gratis atau harga teman, toko bukunya bukan punya gue maliiihhh. Kalau gue cucunya Bambang Hartono udah pasti gue bagi bagi gratis itu novel sekalian sama duit saweran. Nyoh! Nyoh! Nyoh! Etapi kalau gue cucunya bos rokok terkaya di Indonesia nggak bakal bikin novel juga sik. Don't make rich people difficult lah. 

Trus pas gue masih rada sensi sama harga teman karena ngerasa konotasinya agak negatif, eh Giant Indonesia justru hadir dengan program #HargaTeman. LOL. 



Jadi tanggal 30 Agustus 2018, Giant resmi launching program terbarunya, yaitu Harga Teman. Ini adalah upaya dari Giant untuk menyediakan produk-produk dengan harga lebih murah kepada pelanggannya. 

Harga Teman tentu saja berbeda dari harga promosi yang sudah sering dilakukan oleh Giant setiap harinya. Kebutuhan pelanggan yang menginginkan harga yang lebih murah dan lebih stabil untuk produk yang mereka beli inilah yang menjadi dasar peluncuran Harga Teman, menurut Direktur Operasional Giant Stefanus Mulianto.



Ada 600 produk favorit pelanggan Giant yang signifikan masuk ke dalam program Harga Teman. Tapi, secara berkala juga pihak Giant akan mereview produk-produk lain yang dipasarkan untuk bisa masuk ke daftar Harga Teman.

600 produk tentu saja bukan sedikit ya. Ada banyak pilihan mencakup produk peralatan rumah tangga, makanan kaleng, minuman, sayuran, daging dan ikan, fresh food, sampai kecantikan. 


Program baru Giant ini semacam blashpemy bagi idealisme gue. Semacam menggoda iman dan bilang, "elu kan emak-emak, harga teman ini cocok buat lu" huahahaha. 

Ya, tentu saja sangat menggoda. Sebagai buibuk rumah tangga, Harga Teman pasti bikin mupeng karena hematnya gila-gilaan. Bisa sampai 40% dong. Gila ya, supermarket lain pada berani nggak jualan harga normal di bawah 40%?  

Nah, pada momen peluncuran Harga Teman kemarin. Giant mengundang para bloger dan media. Kami diajak bermain shopping race dengan total hadiah sebesar 7 juta rupiah. Sudah begitu produk yang dipilih para peserta kelompok walau kalah tetap bisa dibawa pulang semua. Sebagai yang lebih dulu tahu tentang Harga Teman dan merasakan keseruan kemarin, gue merasa bahagia. 


Untuk yang pengin tahu produk apa aja yang masuk di Harga Teman, bisa berkunjung ke www.Giant.co.id. Giant juga menyediakan tanda khusus pada rak display agar pelanggan mudah menemukan produk-produk Harga Teman.

Nah, besok sudah awal bulan. Yakin nggak mau merasakan yang namanya Harga Teman di Giant? 







Thursday, August 23, 2018

Drama Selama Masa Karantina

Kemarin gue publish keriaan nonton seremonial pembukaan Asian Games 2018 trus karena gue kasih teaser pengin curhat apa aja drama yang gue alami selama masa karantina eh banyak yang kepo. Hahaha.
Dramanya sudah dimulai sejak beberapa hari sebelum masa karantina, sih. Dari rundown acara yang harus revisi berapa kali dulu karena penyesuaian dengan kedatangan dari peserta, kurangnya informasi di rundown acara sampai tiba di hotel. 

Setelah dapat kunci kamar gue langsung masuk ke kamar hotel. Sudah ada roomate gue di sana. Niatnya mau istirahat tapi nggak bisa. Mikir waktu masih panjang menuju pukul 18.00 tapi baru aja rebahan eh masuk pesan di WAG kalau pukul 17.00 harus turun ke bawah untuk ambil goodie bag (berisi name tag, buku, pulpen dan kaos) lalu makan malam. 

Gue turun dengan gaya sesuai yang ada di rundown acara harus berpenampilan formal. Di rundown ditulis kalau peserta selama empat hari harus memakai kemeja, kemeja, batik, kemeja. Ini bikin gue berasumsi acaranya bakal semi resmi gitu. Ya kan secara yang ngundang kami Kemkominfo. 


Malam itu jadinya semua memakai kemeja. Mungkin karena bakal dibuka oleh pihak Kominfo dan ada bintang tamu juga. 

Tahunya acaranya hanya diisi dengan perkenalan saja dan banyakan ice breaking. Pihak Kominfo yang ada pun hanya berdiri nggak sampai 5 menit untuk ngucapin selamat datang lalu pergi. Bintang tamu yang diharapkan juga nggak nongol. Btw, bintang tamunya Ambassador Asian Games 2018, Mbak Susi Susanti. Sayangnya batal hadir karena entah alasan apa.

Gue udah excited pengin ketemu karena sejak kecil sudah mengidolakan beliau akhirnya harus kecewa. Makin kecewa pas di akhir acara perkenalan dengar bisik-bisik panitia (kebetulan gue duduk paling belakang dekat dengan meja panitia), para peserta akan pindah hotel. Hotelnya ada di bagian belakang dari hotel yang kami inapi malam itu. 

Informasi ini gue bagi ke beberapa teman yang gue ajak jalan ke Nasgor Bonsir yang terkenal itu. Kami pergi bareng naik gocar pulangnya jalan kaki karena jaraknya nggak sampai satu kilo. Saat pulang kami melewati hotel yang akan kami tempati untuk besok hari. Hotel gedung kembar yang ukurannya tentu saja jauh lebih kecil dibanding hotel yang kami tempati. 

Jomplang banget bedanya apalagi gue sudah pernah menginap di hotel tersebut jadi sudah tahu isi di dalamnya kayak apa. Gue bisa melihat juga kekecewaan di wajah teman-teman gue, tapi ya mau bilang apa. Gue masuk kamar hotel pukul 23.30 dan akhirnya langsung tepar.

Paginya, gue sudah melek sejak pukul 04.30. Siklus sirkadian gue sebagai emak-emak beranak dua yang selalu siaga mempersiapkan anak sekolah subuh-subuh emang nggak bisa bohong. Suka kesel kalau begini, berasa nggak menikmati liburan. Jarang-jarang kan buibuk rumahan kek gue dapat quality time. 

Pas gue lagi di kamar mandi, telepon berdering. Entah dari pihak hotel atau Bitread. Mengabarkan kalau selesai sarapan sudah harus pindah hotel. Padahal di rundown acara, kami masih ada challenge dulu sampai jam makan siang. 

Yang bikin gue gondok, saat konfirmasi ke WAG yang dibentuk oleh pihak Bitread dan juga ada pihak Kominfo, mereka justru bingung. Lah, kalian yang buat jadwal kok malah nggak tahu menahu soal itu?

Gue tentu saja sudah packing sejak semalam biar turun sarapan bisa lenggang kangkung. Pagi itu gue dan yang lainnya bergaya kasual memakai kaos dari Bitread. Tepat pukul 06.00 sudah nongkrong duluan di lobby hotel untuk sarapan. Roomate gue baru turun setelah sudah mau pukul 07.00.

Ternyata acara dilanjutkan di ruangan yang ada di lantai 2, tempat kami kumpul untuk perkenalan. Ada dua challenge, satunya personal yang tujuannya sih biar bisa hebohin acara Writingthon Asian Games ini di medsos. Challenge kedua adalah perkelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 4 orang. 

Di challenge kedua kami diminta menulis kira-kira 8 halaman A4 yang nantinya akan diposting di blog dan Facebook. Waktu yang diberikan hanya satu jam. Ternyata menulis sependek itu ketika harus berbagi empat kepala nggak semudah yang gue kira. Kami harus brainstorming ide dan outline biar nyambung yang memakan sebagian besar waktu yang dibutuhkan. Pasrah saja ketika akhirnya tim kami tidak menang. Ya postingnya aja sudah lewat deadline

Selesai challenge, tim dari Bitread mengucapkan terima kasih sekaligus salam perpisahan. Karena sejak siang itu sampai hari terakhir kami akan dipegang oleh tim Kominfo. 

Usai makan siang, semua sudah sibuk menitipkan barang di lobby hotel. Gue agak gondok juga di bagian ini karena nggak ada konfirmasi apa-apa dari panitia. Benar-benar harus inisiatif sendiri. 

Setelahnya semua langsung kumpul di ruang tunggu yang ada di lobby. Tempatnya cozy dan ada mini bar di bagian sudutnya. Kami menunggu tanpa tahu what will happen next? Ya kan tim Bitread sudah say goodbye trus panitia dari Kominfo itu mana? Benar-benar nggak ada pergantian panitia di hadapan peserta dong, yang seharusnya dilakukan biar peserta tahu. Rasanya mau mabuk mabukan aja di mini bar karena kesel nggak ada kepastian. *minum soda aja kembung belagak mau mabuk lau mbaaa* 

Tahu-tahu ada mas mas datang dan nunjuk beberapa orang yang sementara duduk nggak jauh dari kursi gue. Dia meminta 10 orang saja. 

Di sini gue merasa tersinggung untuk pertama kalinya. Ini menjadi drama paling menjengkelkan yang gue rasakan di masa karantina. Gimana enggak, pas kami datang untuk mencari tahu mas mas-nya mau apa eh kami malah diusir. Serius loh diusir. 

Dia bilang, "Kalian ke sana dulu. Jangan dulu ngumpul di sini. Ini hanya main-main saja."

Heh?! 

Coba bayangkan ya, kami nggak tahu siapa panitia pengganti, apa jadwal selanjutnya, kapan ke hotel, dsb, dsb. Pas ada yang nongol bukannya memperkenalkan diri eh malah ngajak main sembunyi-sembunyi sama peserta. Lah?! Trus cara bicaranya dong. Dikata kami anak PAUD.

Gue dan beberapa teman akhirnya bikin kelompok juga agar pas 10 orang. Beberapa yang sudah dipilih karena mereka lebih dulu membentuk 10 orang dalam satu kelompok. Terus terang rasanya aneh dan nggak profesional.

Setelah giliran kami, finally. Tahu apa yang terjadi? Mas mas ini meminta ketua kelompok menaruh emotikon di setiap nama anggotanya. Lalu ketika dipastikan sudah pas 10 orang dia ngajak kami main. Dia seriusan bilang gitu. Makanya tadinya gue kira ini semacam challenge. Tahunya...

"Gue kasih kalian misi. Kalian harus menemukan seseorang bernama Vania (or something like that). Ketika kalian sudah bertemu dengan dia, kalian akan mendapatkan kenyamanan. Apakah kalian siap?" 

Dengan begonya kami juga serempak nyahut siap. 

"Sekarang misi kalian adalah, berjalan keluar hotel dan melintasi jalanan yang panas. Ingat, ini misi penting."

Di situ gue langsung sadar, eh sianying maksudnya ini kita disuruh pindah hotel tapi dibagi perkelompok biar nggak menarik perhatian, gitu? 

Ya emang begitu sih kenyataannya. Wkwk. Harapan menginap di hotel mevvah selama event berlangsung. Realita sih cuma nginap semalam trus setelah check out disuruh jalan kaki sambil geret koper dan bawaan segambreng. Biar nggak kentara dibikin per kelompok agar tidak mencolok. Ngusir halusnya sa ae. 

Sepanjang jalan kami semua misuh-misuh. Gilingan ya. Emang sih jarak hotelnya nggak jauh amat. Tapi yambok, jalan kaki 600-700 m mayan bikin pegel juga. Pas lagi terik teriknya pula dengan bawaan segambreng.

Pas sampai hotel eh antrian yang mau check in sudah numpuk. Mostly adalah peserta Writingthon ditambah Duta Supporter Indonesia dan peserta pemenang kontes Kominfo lainnya. Kami memilih menunggu di lobby yang sumpek karena penuh. Mana AC nggak dinyalain. Lengkap sudah penderitaan.

Ebuset baru cerita satu hari satu malam tapi udah panjang. Ha ha ha. Drama berikutnya gue lanjutin di postingan berikut aja kalau begitu. 


Dukung Asian Games Tanpa Jempol yang Jahat

Beberapa hari sebelum seremonial pembukaan Asian Games 2018, yang *uhuk* gue tonton langsung di GBK. Gue diundang hadir pada acara Ngumpul Sehat bareng Mediology yang bertujuan untuk ikut mendukung pelaksanaan Asian Games XVIII di Jakarta-Palembang.



Terus terang ini blogger gathering tersantai dan terkocak karena di awali dengan ice breaking yang sukses bikin akrab semua blogger yang hadir. Emang sih beberapa sudah sering ketemu di acara blogger tapi sisanya belum familier. 

Yang menyenangkan juga, saat kami dibagi menjadi empat kelompok untuk bermain games. Kelompok gue menang. Lumayan dapat pulsa 50rb. Ihiy. 

Acara hari itu diisi dengan materi tentang Asian Games oleh Rendy Doroii. Ternyata sebelum Jakarta-Palembang menjadi tuan rumah, Vietnam lah yang terpilih sebagai kandidat tuan rumah setelah mengalahkan UEA dan Indonesia lewat voting. Sayang pada tahun 2014, Vietnam mengundurkan diri karena faktor kondisi negara  dan resesi ekonomi. 


Tahun 2016, Indonesia ditunjuk sebagai pengganti Vietnam. Duh, mepet banget waktunya. Apalagi Asian Games seharusnya berlangsung pada tahun 2019 tapi karena di tahun tersebut negara kita mau pemilu jadinya dimajukan ke bulan Agustus 2018. Gila, dua tahun aja persiapannya. Pantesan dipaksa ngebut. 

Trivia lain yang kalian harus tahu adalah tentang maskot-maskotnya. Tiga karaker lucu imut itu diambil dari binatang Badak Bercula Satu, Rusa Bawean dan Burung Cendrawasih. Nama-nama mereka juga dipecah dari semboyan negara kita, Bhineka Tunggal Ika. Bhin Bhin dari Bhineka, Atung dari Tunggal, dan Kaka dari Ika. Ya ampun, gemas. 

Kalian bisa lihat foto-foto persiapan Asian Games 2018 di sini.

Pada kesempatan Ngumpul Sehat, Teuku Aufra ikut hadir untuk memberikan materi tentang Calisthenics. Beliau ada instruktur Calisthenics bersertifikasi. 


Sudah pernah dengar tentang Calisthenics atau bahasa Indonesianya Kalistenik? Kalistenik adalah olahraga yang menggunakan berat tubuh sebagai beban. Masih berasa asing? Itu loh kayak Freeletics. Kalau demen olahraga harusnya familier ya. Freeletics sih Kalistenik juga tapi dibikin menjadi program latihan berbayar. 

Kalistenik adalah bentuk latihan dengan cara memaksimalkan penggunaan berat tubuh kita sendiri dalam proses membentuk otot. Kalistenik berfokus kepada ketahanan otot dan kekuatan, berbeda dengan ketika kita latihan beban di gym yang berfokus kepada pembentukan otot hipertropi. 


Semua olahraga tentu saja memiliki kelebihannya masing-masing, Kalistenik ini menjadi komplementer yang sempurna karena melatih banyak otot dan berbagai gerakan yang umumnya terdapat pada kegiatan olahraga lain. 

Perbedaan mendasarnya, Kalistenik minim penggunaan alat. Berlatih Kalistenik bisa di mana dan kapan saja. Mau di kantor, di rumah, di ruang publik juga bisa. 


Gerakan-gerakan sederhana dalam Kalistenik semisal menggerakkan kedua tangan untuk membentuk otot bahu saja sudah cukup untuk membuat kita banyak berleringat. Simpel tapi langsung kena sasaran.

Nah, karena sekarang sudah masa Asian Games. Kira-kira apa saja yang sudah kalian lakukan untuk mendukung perhelatan Internasional di negara kita ini? 

Kalau gue sih sederhana saja, cukup dengan menjaga jempol agar tidak menuliskan kata-kata jahat bagi para atlet yang sudah berjuang untuk mengharumkan negara kita ini. Loh, emang ada? Oh, tentu saja ada. Kemarin ramai di media sosial ocehan-ocehan kasar yang ditujukan bagi atlet kita yang kalah dalam pertandingan cabor yang diikutinya. 

Tolong ya, kalau kecewa hanya karena menonton atlet kita kalah, yang lebih kecewa lagi ya atletnya sendiri. Mereka sudah berlatih keras bahkan jauh dari keluarga, pasti lebih berat bagi mereka. Nggak usah ditambah-tambah lagi dengan komentar buruk. Mendukung nggak perlu membeli semua tiket sampai ludes atau bertindak ekstrim. Mendukung juga bisa dengan menjaga jari kita agar tidak melukai hati para atlet.








SATU BSD dan Kota Masa Depan

Hampir satu dekade menetap di Cisauk, selama itu pula gue melihat progress pembangunan di BSD yang sangat cepat. Dari jalan raya yang dibuat lebar, perumahan mevvah yang kalau nggak salah ingat saat itu yang baru selesai dibangun adalah Green Cove. Sedangkan perumahan Foresta, Sinarmas World Academy dan Teraskota masih dalam tahap pembangunan.

sinarmas.com

Banyak sekali perkembangan dan pembangunan di BSD yang setiap kali gue lewati jalannya dari Cisauk menuju ke Alam Sutera sedang dalam tahap pembangunan dan tanpa sadar sudah selesai dibangun. 

Sebelum Universitas Atmajaya dibangun dulunya itu adalah perkebunan kelapa. Sekali waktu gue pernah masuk ke dalam lewat setapak kecilnya hanya untuk mencari tahu, ada jalan tembusan apa nggak. Well, ada sih tapi nggak tahu sampai mana. Ha ha. 

Semua seolah berdiri dalam sekejap mata. ICE, AEON Mall, Froggy, bahkan bangunan-bangunan yang jalannya nyambung sampai ke daerah Gading Serpong seolah semua adalah proyek semalam saja bak dongeng Sangkuriang. Sungguh luar biasa sekali Sinarmas Land ini. 

Belum juga habis heran dan kagum, Sinarmas Land berencana mempersiapkan Sillicon Valley-nya Indonesia. Yang kerja di dunia digital pasti tahu apa ini Sillicon Valley. 

Di atas lahan sebesar 26 Ha. Sinarmas Land berencana membangun sebuah kota masa depan, Digital Hub namanya. Tempat dengan berbagai inovasi yang memungkinkan anak muda untuk berkarya dan berkembang.

Digital Hub ini merupakan inovasi atas kebutuhan masyarakat pada era teknologi digital. Sebuah ekosistem yang memiliki infrastruktur teknologi, fasilitas lengkap, serta berlokasi strategis dan multiakses. Kawasan ini dipersembahkan untuk menunjang operasional dan aktivitas keseharian perusahaan teknologi dan digital, mulai dari startup company, technology leaders, hingga institusi pendidikan yang bergerak di bidang IT science. 

Keunggulan Digital Hub mulai dari kelengkapan infrastruktur akan dilengkapi dengan Fiber Optic Backbone, Survellaince System, Integrated Command Centre, Free Public WiFi, One Smile Apps, Global Public Cloud Network, dan Home for Digital Community. 

Kayaknya dulu hal semacam ini hanya ada di film SciFi yang rasanya nggak mungkin terjadi. Tapi dengan perkembangan teknologi saat ini, semua menjadi mungkin dan masuk akal.

Sinamar Land juga membuat Program Satu BSD yang merupakan forum silaturahim yang bergerak di tiga bidang yaitu Berdikari, Sehat, dan Damai. Program ini diharapkan mampu menjadikan BSD sebagai ekosistem yang terhindar dari isu SARA, sehingga semua penghuni di dalamnya merasa nyaman dan aman. 

BSD yang dibangun pada lahan seluas 6.000 Ha, belum semua selesai dikerjakan. Masih banyak proyek kejutan yang akan dilakukan oleh Sinarmas Land. Kira-kira ke depannya BSD akan secanggih apa ya? 

BSD Blogger Gathering 





Monday, August 20, 2018

Tentang Opening Ceremony Asian Games dan Mental Penontonnya

Selama 9 tahun gue tinggal di Tangerang baru 2 kali gue nginjak stadion GBK. Pertama karena mendapat kesempatan bertemu dengan para Football Legend tahun 2014. Lalu berselang 4 tahun kemudian, tanggal 18 Agustus 2018, gue bisa masuk lagi ke dalam stadion GBK untuk menyaksikan perhelatan akbar Opening Ceremony Asian Games 2018. 


Kesempatan ini gue dapat karena ikutan lomba blog dari Kominfo bekerja sama dengan Bitread Indonesia. Nggak pernah mengira kalau gue bakal menjadi salah satu pemenangnya dengan salah satu hadiahnya adalah berpartisipasi untuk hadir di event bertaraf Internasional tersebut.

Selama masa karantina dari tanggal 15-19 Agustus 2018, ada banyak sekali yang ingin gue ceritain. Banyak. Tapi itu gue simpan dulu, mau fokus sama Opening Ceremony dulu. Mau cerita bagaimana keseruan melihat langsung Opening Ceremony dari sudut pandang penonton yang dapat tiket masuk 5 juta. 


Yoi, nggak tanggung-tanggung memang, para peserta Writingthon Asian Games yang berjumlah 68 orang ditambah beberapa peserta pemenang dari Pesta Rakyat Dance Challenge, Duta Supporter Indonesia/Voters, ASN Sehat, Virtual Run, dan KOL yang kalau ditotal semua jumlahnya menjadi 280 orang mendapatkan tiket masuk perorang seharga 5 juta. 

Duit anggaran Kominfo banyak juga ya. Rakjel cem gue can't relate sih. Mungkin Bu Dendy atau Bang Hotman Paris yang tahu rasanya buang-buang duit segitu banyak. Bang Hotman aja mau cuma ngasih uang jajan ke Yohanis Gama Marshal, si bocah Atambua, buat beli permen ngasihnya 25 juta. 

Itu baru anggaran untuk nonton, belum akomodasi, transportasi, dll, untuk peserta yang berasal dari 34 provinsi di Indonesia. Sila hitung sendiri duit yang dikeluarkan. 

Anyway, di hari Sabtu itu memang menjadi highlight rangkaian kegiatan bersama Kominfo. Gue melupakan sejenak kedongkolan yang dialami selama karantina. Duh, gatal pengin curhat banyak tapi tahan...

So far, sejak sampai di stadion sebenarnya nggak ada masalah. Aman-aman aja dari tiba sampai kami harus antri di gate masuk. Walau kaki udah gempor karena jalan kaki dari depan Hotel Atlet Century sampai ke dalam yang jaraknya lumayan juga. 



Kami masuk dan duduk di dalam stadion sekitar pukul 16.00 atau 16.30, gue lupa. Saking excited gue sampai nggak perhatiin jam lagi. Apalagi pas ngeliat bagian dalam stadion, atuhlah lapangan yang biasa dipakai untuk pertandingan sepakbola atau konser itu disulap jadi hamparan gunung. Literally, kayak satu gunung dipindahin ke tengah stadion.

Karena dapat seat paling atas, MC dan para performer kelihatan kayak semut dong. Sebagai pemilik mata minus dan silinder akutu mau nangis aja. 

Sebelum acara dimulai gue sempat-sempatin fotoin nama-nama yang ngerikues untuk difoto di dalam stadion. Pegel juga nulis edit di hp trus foto dengan latar stadion. Kuota gue batasin 5 orang tapi yang rikues lumayan banyak. Ada 7 yang gue sanggupi. 



MC acara, Tike Prianatnakusumah dan Ronal Surapradja mengajak para penonton rehearsal untuk hitung countdown yang tertera di dua layar besar bagian kiri dan kanan. Terus penonton diminta untuk nyalain flashlight di hp lalu digerak-gerakin sesuai gerakan dancer di tengah panggung. 



Acara sih dimulai pukul 19.00. Kalau yang nonton di tv pasti disuguhi dengan pembukaan Pak Jokowi yang beradegan naik motor di jalan dari Istana Negara menuju lokasi acara Opening Ceremony. Nah, penonton stadion juga disuguhi hal sama di layar. Bedanya semua langsung histeris dan teriakin nama Pak Jokowi berulang-ulang sampai pengendara motor yang entah Pak Jokowi atau stuntman masuk ke stadion. Saat Pak Jokowi masuk ke venue kembali namanya disorakkan.

Selama acara berlangsung hati gue membuncah dan merinding nggak kelar-kelar. Yang nonton di tv aja terpesona sama Tarian Retoe Jaroeh yang dibawakan 1000 penari yang semuanya adalah pelajar bukan penari profesional, apalagi yang di stadion yekan. Kuduk gue berdiri terus. Bagus pakai banget. Apalagi besoknya gue lihat cuplikan video dari anak-anak itu pada lari-lari histeris kembali ke belakang panggung karena berhasil menampilkan yang terbaik. Terharu banget.

Semua performer bahkan pagelaran musik dan tari malam itu mind blowing sekali. Munculnya lambang garuda di balik gunung, matahari, bulan, kapal layar, sampai adegan Obor Asian Games dibawa masuk oleh para veteran atlit dengan puncak gunungnya ikut mengobarkan api itu luar biasa sekali.

Belum lagi pertunjukkan kembang api yang kalau dari dalam stadion sih, khususnya di zona tempat gue duduk nggak kelihatan. Gue cuma bisa melihat di layar besar bentukan kembang apinya itu bagaimana. Keren banget asli.

Rasanya langsung mau bersimpuh di kaki Wishnutama, para kreator dan semua yang sudah terlibat dan bekerja keras untuk Opening Ceremony ini. Kalian luar biasa.


3 jam rasanya berlalu sekelebat mata saking nggak berhentinya gue dibuat kagum. Bangga dan bersyukur karena gue dapat kesempatan yang nggak semua orang bisa. Mana lagi event Asian Games nggak mungkin sering-sering di Indonesia. 

Gue pulang dengan perasaan bahagia dan lupa kalau balik ke bus itu mesti jalan kaki lagi yang lumayan jauh. 

Tapi di balik kemegahan perhelatannya, ada yang bikin miris. Sampah. Mental orang Indonesia ini sungguh bobrok sekali. Apalagi yang nyampah termasuk para peserta dari Kominfo ini. Gue sampai gondok. Rata-rata kan para pelajar, mahasiswa, dan pekerja tapi bisa-bisanya sampah botol, plastik, sisa makanan dibiarin aja di bawah bangku. 

What is wrong with you, people? 

Di bangku atas gue bahkan udah gue bilangin kalau sampahnya dibawa sendiri keluar eh malah cuma sibuk selfie. Semua saat itu lebih mentingin foto-foto buat pamer ketimbang ngeliat di bawah kaki mereka itu ada serakan sampah milik sendiri. 

Ikutan foto sambil pegang botol minum bekas orang

Gue inisiatif mungutin sampah-sampah tersebut. Sambil ngomel-ngomel bilang, percuma dapat tiket 5 juta tapi masih demen nyampah. Beruntung beberapa teman ikut ngebantuin mungutin sampah dan bawa keluar untuk dimasukan ke tempat sampah. 

Ya, masa pada nggak mikir. Penonton itu maksimal 5 jam di dalam. Nah, para pekerja terutama cleaning service udah dari pagi di sana. Mereka bolak balik mastiin agar semuanya bersih. Terlalu sih kalau dibilang, "ya kan itu tugas mereka biar nggak magabut". 

Gini ya, sampah yang kita beli itu berarti urusan kita bukan urusan cleaning service. Mereka emang tugasnya bersih-bersih tapi ya nggak harus bersihin sampah sampai segunung juga, punya hati sedikit napa. 

Di rumah sebenarnya pada diajarin apa sama orangtua? Kalau misalnya nggak dibiasain buang sampah di rumah dan cuma disuruh bersikap baik aja sebenarnya sudah cukup. Bersikap baik itu artinya menghargai bukan hanya ke orang lain tapi juga sekitar lingkungan. Masa gini aja nggak ngerti sih.

Atuhlah jadi panjang bahasan sampah ini. Tapi gue memang suka gemas sama kelakuan orang-orang yang sudah sekolah tinggi tapi mental bobrok. 

Akhir kata, Opening Ceremony-nya luar biasa. Orang-orang yang nontonnya enggak.