Thursday, March 4, 2021

Pentingnya Edukasi Gizi Sejak Dini



Beberapa hari lalu pas buka Twitter langsung disuguhi dengan keributan soal diet salah satu selebritas Indonesia. Diklaim dengan diet tersebut dia bisa menurunkan berat badan sebanyak 25kg. Tadinya si selebritas share tentang rutinitas dia rajin jalan kaki 45 menit sebagai bagian dari proses penurunan berat badannya. 


Di sini masih masuk akal sampai akhirnya dia ngeluarin buku yang isinya tentang asupan makanan dia secara keseharian yang kalau ditotal nggak sampai 500kalori/hari. Belum lagi klaim dia nggak makan sayur. Pertama karena dia memang dasarnya nggak suka, lalu yang jadi masalah ketika dalam kutipan dia bilang sayur menghambat penurunan berat badan karena makanan berserat mengganggu bakteri baik dalam tubuh. 


Pantas saja para ahli gizi dan nutrisi meradang. Konsep dari mana yang bisa-bisanya bilang sayuran justru mengganggu? Sayur itu selain penting sebagai serat juga mengandung klorofil, lutein, zeaxanthin, kalsium, folat, vitamin C, dan beta karoten. Yang tentu saja dibutuhkan tubuh untuk membentuk imunitas bahkan memperbaiki sel-sel dalam tubuh. 


Masalah tentang buku diet ini makin ramai sih. Puncaknya sudah sejak 1-2 hari lalu dan mungkin masih akan memanas beberapa hari ke depan.


Saya sebagai netijen tentu lebih setuju dengan statemen para ahli gizi dan nutrisi termasuk beberapa influencer di Instagram yang ikut bersuara. I mean, sebagai orang awam, kita sedari kecil dibiasakan orang tua untuk selalu makan sayur. Masa hanya karena ingin mencapai bentuk tubuh secara ideal tapi mengabaikan kebutuhan harian yang penting? 


Kebayang nggak sih usaha para ahli gizi dan nutrisi yang sudah mengedukasi sana sini tapi netijen dan masyarakat lebih percaya kepada diet ekstrim ala ala selebritas yang efek jangka panjangnya bisa membahayakan hidup sendiri. 


Apalagi yang bakal tersihir dengan iming-iming kurus instan ini para remaja dan ibu-ibu yang insekyur dengan tubuhnya sendiri. Lalu abai dengan masalah kesehatannya di waktu yang akan datang. Semacam siklus setan yang muter-muter di situ aja. 


Sama kayak kasus stunting di Indonesia, muter-muter di situ aja dari ibu hamil yang malnutrisi - bayi malnutrisi - remaja malnutrisi. Akhirnya generasi kita nggak bisa berkembang karena pemahaman dasar soal gizi yang baik aja nggak tahu. Lebih suka dibodohi dengan gimmick marketing yang pseudo


Kebayang nggak sih para remaja yang terpengaruh dan menganggap makan yang benar itu hanya di bawah 500kalori/hari dan nggak usah makan sayur lalu ketika mereka beranjak dewasa, hamil, lalu melahirkan, generasi apa yang bakal berkembang? 


Hari Jumat, 26 Februari 2021, dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional, Danone Indonesia dan IPB University mengadakan webinar secara online dengan tema “Membangun Generasi Sehat Melalui Edukasi Gizi Seimbang Sejak Dini” dengan pembicara profesional:

  • Dr. Rr Dhian Proboyekti Dipo, SKM, MA menjabat sebagai Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan
  • Ir. Harris Iskandar, Ph.D, Widya Prada Ahli Utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
  • Vera Sugijanto, VP General Secretary Danone Indonesia
  • Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSI, Ahli Gizi dan ketua Tim Ahli Pengembang Modul “|Isi Piringku|
  • Karyanto Wibowo, Direktur Sustainable Devolepment Danone Indonesia
  • Lisnawati, S.Pd, Guru PAUD


Dokter Dhian bilang kalau permasalahan gizi di Indonesia harus mendapatkan perhatian khusus oleh Pemerintah Indonesia. Anak itu merupakan investasi sumber daya manusia yang memerlukan perhatian khusus untuk kecukupan gizinya sejak lahir, bahkan sejak dari kandungan. Nah lo, kebayang nggak kalau kecukupan gizi diri sendiri aja nggak diperhatikan trus menurun ke anak?


Apalagi masalah gizi pada anak yang masih dalam masa pertumbuhan, terutama di usia 4-6 tahun. Masalah kekurangan gizi pada anak di masa pertumbuhan ini tentu saja berdampak besar pada imunitas, meningkatnya risiko penyakit infeksi, pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal, daya saing rendah serta produktivitas rendah. 


Melalui program Isi Piringku, diharapkan dapat mengedukasi serta memberi informasi seputar gizi seimbang kepada orang tua, dan guru TK tentang makanan pokok, protein hewani dan nabati, buah dan sayuran bagi anak-anak.