"Where in the world can you go anymore and not found plastic?"
Jleb!
Itu ucapan salah satu peneliti di film dokumenter Plastic Ocean keluaran tahun 2016.
Membayangkan itu aja saya pusing. Artinya ke mana kita pergi sampah plastik itu ada di mana-mana. Mau di dasar laut mau pun di puncak gunung. Ibaratnya bisa sembunyi kalau dikejar debt collector tapi nggak bisa sembunyi dari plastik. Lah wong ada di mana-mana.
Lain lagi ketika nonton Pulau Plastik yang baru aja rilis bulan April kemarin. Kata salah satu relawan di film tersebut, sampah plastik yang ditemukan di pinggir pantai banyak yang beredar dari tahun 1980-an. Tahun di mana saya baru lahir. Bayangin sampah itu kekal sampai 30-40 tahun kemudian.
Apalagi sampah plastik itu paling susah diolah. Paling susah juga terurai dalam jangka waktu yang sangat lama. Jejak karbonnya berlimpah ruah. Khususnya dalam pemakaian air.
Indonesia sendiri termasuk negara kedua penyumbang sampah plastik di dunia.
KEDUA
DI DUNIA.
Baca ini kalau nggak bikin miris ya gimana ya.
Dengan beredarnya 5 trilyun plastik di perairan laut di dunia sudah bikin hati mencelus. Manalagi konsumsi makanan manusia paling banyak itu berasal dari laut bukan darat. Risiko terkontaminasi mikroplastik menjadi sangat besar.
Jadi apa sih gebrakan untuk mengurangi sampah plastik ini? Digadang-gadang kan tahun 2050 sampah plastik bakal meningkat sebanyak 35%. Akibatnya mengancam ekosistem darat, air dan kesehatan manusia.
Danone-AQUA adalah salah satu pihak swasta yang telah lama concern urusan sampah plastik. Program daur ulang plastik di Danone-AQUA sudah dimulai tahun 1993 dengan nama PEDULI. Lalu pada tahun 2010 ada enam unit bisnis daur ulang di Bandung, Lombok, Bali, dan Tangerang Selatan.
Tahun 2018 untuk menekan produksi sampah melalui gerakan #BijakBerplastik. Gerakan ini melibatkan masyarakat Indonesia untuk berkontribusi yaitu melalui daur ulang dan kesadaran serta keterlibatan dalam menjaga lingkungan.
Pada tahun 2019, Danone-AQUA juga telah meluncurkan botol air minum pertama di Indonesia yang terbuat dari 100% PET daur ulang (AQUA Life). Dengan harapan di tahun 2022 kandungan daur ulang botol plastik bisa mencapai tiga kali lipat dari yang ada saat ini.
Yang terbaru adalah dukungan penuh Danone-AQUA terhadap PT Veolia Indonesia untuk membangun pabrik daur ulang terbesar dan termutakhir di Indonesia sejak tahun 2019. Pembangunan pabrik ini telah selesai dan mulai beroperasi sejak April 2021.
Pada hari Rabu tanggal 30 Juni 2021 dihadiri oleh Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian Republik Indonesia bersama Sven Beraud-Sudreau, CEO Veolia Southeast Asia, dan Connie Ang, Presiden Direktur Danone-AQUA. Pabrik daur ulang ini diresmikan.
Menteri Perindustrian Republik Indonesia yang secara langsung meresmikan pabrik ini. Fasilitas yang dibangun di atas lahan seluas 22.000 meter persegi dengan luas bangunan 7.000 meter persegi. Dalam sambutannya, beliau berharap dengan adanya pabrik ini mampu mengatasi permasalaan sampah plastik di laut hingga 70% di tahun 2025.
Pabrik daur ulang dan pemrosesan botol plastik yang berlokasi di Pasuruan ini merupakan pabrik terbesar dan termutakhir di Indonesia.
Dengan program daur ulang inklusif Indonesia maka Danone-AQUA juga bekerja sama dengan pemulung dan pekerja TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce,dan Recycle).
Ini adalah salah satu bentuk pelaksanaan komitmen Danone-AQUA terhadap lingkungan yang berfokus pada 4 pilar. Salah satunya pilar ekonomi sirkular, yaitu memulihkan jumlah plastik lebih banyak dari yang di gunakan pada tahun 2025.
Mari dukung komitmen Danone-AQUA untuk bekerjasama dengan pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah plastik. Bijak berplastik dimulai dari rumah tangga masing-masing.
No comments:
Post a Comment