Saat nulis ini gue lagi duduk bareng si kakak di sofa. Di dalam kamar, si adek masih pulas karena semalam tidur agak larut. Sedangkan suami masih sehari lagi di Palembang, besok baru bisa pulang. Sementara di tv lagi diputer serial kartun SuperBheem. Gue menulis dengan asyik sedangkan si kakak khidmat menonton sambil menunggu jemputan sekolahnya.
Setelah si kakak pergi, gue kembali melanjutkan kegiatan gue. Bersihin rumah, masak, ngelipet baju trus pergi ke gym yang jaraknya cukup buat pemanasan cardio ringan. Nyuci sama nyetrika belum masuk jadwal jadi kegiatan hari ini sedikit lebih ringan. Biasanya si adek udah bangun saat gue udah selesai beres-beres rumah. Gue mesti minumin dia obat tepat setelah dia melek kemudian kami berdua sarapan buah bareng.
Kira-kira seperti itu rutinitas gue setiap hari selama 8 tahun ini, sejak menjadi seorang istri dan ibu dari dua orang anak. Harus bangun lebih awal sebelum memulai hari dan tidur paling akhir sebelum hari hampir habis. Capek? Tentu saja. Namanya juga manusia biasa bukan manusia super.
Gue hanyalah satu dari banyaknya mamak-mamak rumah tangga yang juga memiliki rutinitas rumahan yang tak ada habisnya. Bahkan mungkin ada yang rutinitasnya lebih berat dan melelahkan dari gue. Ada banyak. Dan mamak-mamak macam gue pastinya dekat sama kata bosan, capek, dan butuh istirahat.
Emang gak pernah istirahat? Edan! Mesin aja bisa rusak kalo dipaksa nonstop apalagi gue yang hanya terdiri dari onggokan daging dan darah plus dosa. Istirahat pernah lah, tapi bukan istirahat macam boci atau bobo ciang. Istirahat yang gue butuhkan itu untuk merilekskan diri alias liburan.
Iya, gue butuh liburan.
Terakhir liburan sama keluarga itu bulan Desember kemarin. Ya itu kalo bisa dibilang liburan, sih. Suami saat itu ditugaskan ke Pertamina yang ada di Pelabuhan Ratu. Sambil nunggu dia selesai kerja, gue sama anak-anak meringkuk di kamar hotel kecil yang tak jauh dari tempat pelelangan ikan.
Lalu saat ini gue sedang dilema. Kemarin saat ngajak anak-anak ke sebuah pameran buku, si kakak bertanya, "Kapan kita jalan-jalan lagi kan nanti mo long weekend?" Dheg! Seketika hati gue mencelus.
Sebagai seorang mamak tentu saja gue udah punya planning buat ngajak suami dan anak-anak menikmati liburan akhir minggu ini. Tapi suami pulangnya baru bisa besok dan nyampe rumah jelang malam. Yang tadinya mau nginap di luar kota jadinya batal.
Sudah banyak sekali rencana liburan yang gue susun saat long weekend harus batal karena mendadak suami mesti ke luar kota. Sering juga saat libur sekolah pada tahun-tahun sebelumnya dia harus menghabiskan waktu di sebuah pabrik semen di Bogor. Atau saat Natal dan Tahun Baru tahu-tahu dia mesti ke rig. Saat teman-temannya libur Idulfitri, dia mesti masuk kerja karena workshop kekurangan tenaga kerja. Rencana gue seringnya kalah sama tugas kantor suami.
Sudah banyak sekali rencana liburan yang gue susun saat long weekend harus batal karena mendadak suami mesti ke luar kota. Sering juga saat libur sekolah pada tahun-tahun sebelumnya dia harus menghabiskan waktu di sebuah pabrik semen di Bogor. Atau saat Natal dan Tahun Baru tahu-tahu dia mesti ke rig. Saat teman-temannya libur Idulfitri, dia mesti masuk kerja karena workshop kekurangan tenaga kerja. Rencana gue seringnya kalah sama tugas kantor suami.
KAPAN DONG WAKTU BUAT KELUARGA?
Namanya juga risiko pekerjaan. Gue sama anak-anak hanya bisa menyesuaikan. Trus yang namanya buibuk juga pasti punya backup plan, dong. Percuma kan kalo jadi mamak di zaman digital trus gak bisa memanfaatkan perkembangan internet yang ada. Makanya sejak kemarin gue udah browsing, di mana sekiranya bisa ngajak anak-anak jalan-jalan walau hanya di dalam kota saja.
Nah, berikut tempat-tempat yang bisa dikunjungi sambil ngajak anak belajar dan menikmati Kota Jakarta.
1. Museum Nasional
Museum Nasional dikenal juga sebagai Museum Gajah karena dihadiahkannya patung gajah berbahan perunggu oleh Raja Chulolangkorn dari Thailand pada tahun 1871 yang kemudian dipajang di halaman depan museum.
Lokasi museum ini cukup strategis. Dari stasiun Tanah Abang kita bisa lanjut dengan menggunakan ojek online atau ojek biasa biar bisa diantar sampai di depan museum.
Gue sama anak-anak udah berapa kali ke museum ini. Pertama karena acara IRF, selanjutnya karena ikutan tur keliling Jakarta.
2. Taman Demo
Jalan dikit dari Museum Nasional trus nyebrang, kita bakal ketemu sebuah taman.
Taman Demo ini dibuat sama Gubernur Jakarta yang entar lagi habis masa jabatannya, yaitu Pak Ahok. Taman ini konon dibuat sebagai bentuk apresiasi buat yang mau demo. Ih, baik banget yak, Pak Ahok. Yang demen demo aja dibuatin taman biar demonya rapi. Kalo Taman Jomlo, Pak? Biar hatinya rapi juga, gitu.
Di depan Taman Demo berdiri tegak obelisk yang jadi ikon Ibukota, Monumen Nasional.
Monas dibangun sejak zaman Soekarno karena terinspirasi dari Menara Eiffel. Pada tahu gak kalo Monas ini sebenarnya lambang perpaduan alat kelamin laki-laki dan perempuan? Bagian bawahnya diasosiasikan sebagai kelamin perempuan dan tiang yang menonjol dan ujung dilapisi emas itu sebagai kelamin laki-laki.
3. Ragusa
Dari Taman Demo jalan lagi kita sampai ngelewatin Mabes TNI. Belok kiri lalu lurus kemudian berhenti di papan nama yang bertuliskan Ragusa Es Italia. Karena capek jalan juga butuh istirahat. Apalagi bawa bocah. Biar bocahnya pada senang, beliin mereka makanan kesukaan, yaitu es krim. Karena es krimnya beli di Ragusa ya tentu saja rasanya jadinya spesial.
Ragusa adalah nama keluarga dari Italia yang datang ke Indonesia. Mereka mendirikan Ragusa pada tahun 1930. Awal lokasinya ada di depan Monas, tapi pada tahun 1932 pindah tempat ke lokasi yang sekarang. Namun selama puluhan tahun rasanya gak berubah walau sudah berganti pemilik. Dari keluarga Italia ke keluarga Tionghoa yang jadi pemiliknya sekarang.
4. Masjid Istiqlal
Masjid Istiqlal dirancang oleh arsitek yang sama yang juga merancang Monas. Namanya Frederich Silaban. Dia memenangkan sayembara pembuatan gambar maket masjid dengan motto "Ketuhanan". Masjid ini merupakan masjid terbesar di Asia dan terbesar ketiga di dunia karena kapasitasnya bisa mencapai 220.000 jiwa. Masjid ini dibuka untuk umum jadi siapa saja bisa masuk.
Kalo kepengin keliling Jakarta tapi gak mau capek jalan, gunakan saja fasilitas publik yang disediakan secara gratis, Bus City Tour Jakarta.
Rute Bus City Tour Jakarta
Rute yang ditempuh ada 2:
1) Senin - Jumat tersedia 9 halte yang beroperasi: Halte Bundaran HI - Halte Museum Nasional - Halte Pecenongan - Halte Pasar Baru - Halte Masjid Istiqlal - Halte Monas 1 - Halte Monas 2 - Halte Balai Kota - Halte Sarinah.
2) Sabtu - Minggu tersedia 5 halte yang beroperasi: Halte Bundaran HI - Halte Museum Nasional - Halte GKJ Sarinah - Halte Masjid Istiqlal - Halte Balai Kota
Jam operasionalnya dimulai dari pukul 09.00 - 19.00. Khusus hari Minggu dimulai pukul 12.00 - 19.00 karena adanya CFD.
Kalo gue udah capek keliling trus mau pulang udah kemalaman. Gue bakal milih nginap, deh. Pilihan gue tuh ke Apartemen Reddoorz yang ada di Thamrin.
Nah, berikut tempat-tempat yang bisa dikunjungi sambil ngajak anak belajar dan menikmati Kota Jakarta.
1. Museum Nasional
Museum Nasional dikenal juga sebagai Museum Gajah karena dihadiahkannya patung gajah berbahan perunggu oleh Raja Chulolangkorn dari Thailand pada tahun 1871 yang kemudian dipajang di halaman depan museum.
Lokasi museum ini cukup strategis. Dari stasiun Tanah Abang kita bisa lanjut dengan menggunakan ojek online atau ojek biasa biar bisa diantar sampai di depan museum.
Gue sama anak-anak udah berapa kali ke museum ini. Pertama karena acara IRF, selanjutnya karena ikutan tur keliling Jakarta.
2. Taman Demo
Jalan dikit dari Museum Nasional trus nyebrang, kita bakal ketemu sebuah taman.
Taman Demo ini dibuat sama Gubernur Jakarta yang entar lagi habis masa jabatannya, yaitu Pak Ahok. Taman ini konon dibuat sebagai bentuk apresiasi buat yang mau demo. Ih, baik banget yak, Pak Ahok. Yang demen demo aja dibuatin taman biar demonya rapi. Kalo Taman Jomlo, Pak? Biar hatinya rapi juga, gitu.
Di depan Taman Demo berdiri tegak obelisk yang jadi ikon Ibukota, Monumen Nasional.
Monas dibangun sejak zaman Soekarno karena terinspirasi dari Menara Eiffel. Pada tahu gak kalo Monas ini sebenarnya lambang perpaduan alat kelamin laki-laki dan perempuan? Bagian bawahnya diasosiasikan sebagai kelamin perempuan dan tiang yang menonjol dan ujung dilapisi emas itu sebagai kelamin laki-laki.
3. Ragusa
Dari Taman Demo jalan lagi kita sampai ngelewatin Mabes TNI. Belok kiri lalu lurus kemudian berhenti di papan nama yang bertuliskan Ragusa Es Italia. Karena capek jalan juga butuh istirahat. Apalagi bawa bocah. Biar bocahnya pada senang, beliin mereka makanan kesukaan, yaitu es krim. Karena es krimnya beli di Ragusa ya tentu saja rasanya jadinya spesial.
Ragusa adalah nama keluarga dari Italia yang datang ke Indonesia. Mereka mendirikan Ragusa pada tahun 1930. Awal lokasinya ada di depan Monas, tapi pada tahun 1932 pindah tempat ke lokasi yang sekarang. Namun selama puluhan tahun rasanya gak berubah walau sudah berganti pemilik. Dari keluarga Italia ke keluarga Tionghoa yang jadi pemiliknya sekarang.
4. Masjid Istiqlal
Masjid Istiqlal dirancang oleh arsitek yang sama yang juga merancang Monas. Namanya Frederich Silaban. Dia memenangkan sayembara pembuatan gambar maket masjid dengan motto "Ketuhanan". Masjid ini merupakan masjid terbesar di Asia dan terbesar ketiga di dunia karena kapasitasnya bisa mencapai 220.000 jiwa. Masjid ini dibuka untuk umum jadi siapa saja bisa masuk.
Kalo kepengin keliling Jakarta tapi gak mau capek jalan, gunakan saja fasilitas publik yang disediakan secara gratis, Bus City Tour Jakarta.
Rute Bus City Tour Jakarta
Rute yang ditempuh ada 2:
1) Senin - Jumat tersedia 9 halte yang beroperasi: Halte Bundaran HI - Halte Museum Nasional - Halte Pecenongan - Halte Pasar Baru - Halte Masjid Istiqlal - Halte Monas 1 - Halte Monas 2 - Halte Balai Kota - Halte Sarinah.
2) Sabtu - Minggu tersedia 5 halte yang beroperasi: Halte Bundaran HI - Halte Museum Nasional - Halte GKJ Sarinah - Halte Masjid Istiqlal - Halte Balai Kota
Jam operasionalnya dimulai dari pukul 09.00 - 19.00. Khusus hari Minggu dimulai pukul 12.00 - 19.00 karena adanya CFD.
Kalo gue udah capek keliling trus mau pulang udah kemalaman. Gue bakal milih nginap, deh. Pilihan gue tuh ke Apartemen Reddoorz yang ada di Thamrin.
Kenapa milih di situ? Coba deh gooling trus lihat foto-foto dan ulasannya. Banyak yang puas. Kamarnya bersih, ada kamar mandi dalam, ada lemari es, gelombang mikro, ruang tamu yang terpisah dan dapur kecil. Belum lagi free wifi, outdoor swimming pool, dan fasilitas lainnya. Cocok banget buat ngajak anak-anak staycation, karena berdua demen yang ada pool-nya. Kalo pengin keluar buat nyari makan, cuci mata dan belanja jarak ke mal dan pusat perdagangan lainnya dekat.
Bisa kecipak kecipuk sampe keriput. |
Walau terkenal karena standardised budget accomodation, Reddoorz tahu banget buat memberikan kepuasan dalam urusan menginap. Karena walau murah pastinya gak murahan. Yaiyalah, cabangnya aja ada di mana-mana. Kalo semisal gue dan keluarga jadi liburan ke luar kota, Reddoorz juga ada di Bali, Jogja, Bandung, Bogor, sampai Surabaya. Tinggal pilih aja mau tinggal di properti Reddoorz yang mana selama berkunjung ke kota-kota tersebut.
Saya sudah sering lewat istiqlal, tapi belum pernah masuk
ReplyDeleteSelamat ya, Mak...juara dua
ReplyDeleteMakasih, Mak. 😘😘😘
Delete