Thursday, November 2, 2017

Antara Sistem Pangan dan Kangen


Apa hubungan antara keduanya? Gak ada. Gue cuma melow aja sih karena pas nulis ini lagi kangen sama misua yang belum pulang kerja sampe udah mo tengah malam.

Perkara kangen emang berat, tapi lebih berat lagi saat tahu kalo negara kita ini, negara Indonesia yang sangat dicintai ini ternyata masih memiliki rapor merah soal penyelesaian masalah kesehatan, sistem pangan dan lingkungan hidup.

Kaget enough? Me too.


Tingkat prosentase gizi buruk Indonesia masih sekitar 27,5%. Eits, tenang... itu harus dibanggakan karena kurun tiga tahun prosentase itu menurun. Tadinya gizi buruk berada di 37,2%.

Negara kita ini sudah melakukan banyak upaya untuk pengembangan inovasi sistem pangan sehingga bisa memperbaiki kehidupan masyarakatnya. Makanya pada tanggal 30-31 Oktober kemarin, pemerintah Indonesia dan EAT Foundation berkolaborasi menyelenggarakan Asia Pasific Food Forum (APFF 2017). Forum ini menjadi forum pertama di regional Asia Pasific, dalam periode Sepuluh Tahun Aksi PBB untuk Nutrisi (2016-2025).

Kita harus bangga karena Indonesia dipilih sebagai tuan rumah, karena ini menempatkan negara kita dalam posisi memimpin dan high profile di kawasan Asia Pasific dalam upaya peningkatan kualitas hidup umat manusia dan lingkungan hidup di mana mereka tinggal. Kesediaan ini pula menunjukkan keterbukaan pemerintah kita untuk berusaha keras mencari solusi bagi masalah-masalah global yang berkaitan dengan kesehatan dan sistem pangan. Ini dapat memicu potensi perekonomian, yaitu akan adanya investor-investor yang bersedia berinvetasi dalam bidang pangan.

APFF adalah forum internasional yang mempertemukan semua stokeholders dari berbagai bidang kesehatan, lingkungan hidup dan sistem pangan, akademisi/ilmuwan, NGOs, politisi, pelaku bisnis yang kesemuanya berasal dari berbagai negara.

Kenapa APFF ini penting? Karena tantangan terbesar saat ini ada pada sektor pangan. Sektor pangan ini memengaruhi sektor ekonomi terbesar di dunia. Kebayang gak kalo di tahun 2050 manusia di dunia diperkirakan akan berjumlah 9 miliar penduduk. That's a lot of number. Duit aja kalo segitu banyak bisa dipake hedon dan busy enjoying my life selama beberapa tahun. Atau beli bakso satu negara.

Dari sini timbul masalah lain, yaitu kesehatan. Udah jelas kan kalo manusia bumi bakal segitu banyak nantinya gimana cara ngasih makannya? Negara-negara dengan gizi buruk akan semakin bertambah, bisa-bisa penduduk di negara kita juga gizi buruknya semakin besar. Ini akan menyebabkan degradasi lingkungan secara global.

Salah satu kunci agar kebutuhan pangan ini bisa mencukupi semua penduduk bumi, terkhusus yang berada di Asia Pasific adalah dengan perubahan pola makan. Indonesia sejak dulu dikenal sebagai negara yang kaya. Makanya kita dijajah selama berabad-abad hanya karena kekayaan di tanah air ini. Lempar batang aja bisa jadi pohon saking suburnya tanah di negeri kita ini.

Pemerintah dan bahkan pihak-pihak yang ikut dalam APFF ini, salah satunya adalah dari Javara berharap masyarakat di Indonesia lebih mengandalkan hasil alam di sekitar yang memang banyak bisa dikonsumsi. Contohnya saja tanaman-tanaman liar yang ternyata manfaatnya luar biasa sekali.


Salah satu contoh adalah tanaman kelor, tanaman ini ternyata memiliki nutrisi yang sangat banyak. Bahkan kalsium yang ada di tanamam kelor 14x lebih banyak dari pada yang ada di susu sapi. Mindblowing.

APFF 2017 ini direncanakan akan dihadiri oleh 500 undangan dari berbagai latar belakang. Diharapkan forum ini dapat mempercepat aksi, mendukung kolaborasi ilmiah, serta dapat merancang solusi untuk mengatasi tantangan krusial terkait sistem pangan.

Dan seperti kata gue tadi, Indonesia ini kaya raya. Ada banyak sekali tanaman atau tumbuhan yang sebenarnya bisa diandalkan sebagai bahan makanan. Jangan hanya bergantung dari beras saja. Membiasakan pola makan kembali ke alam dan mulai melestarikan untuk menanam hasil alam sendiri bisa membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan pangan.

No comments:

Post a Comment