Desember itu melankolis.
Sesederhana bau kue panggang yang tercium dari jendela rumah tetangga,
sedingin semilir angin dalam hujan tipis-tipis yang membuatmu ingin berlindung
di dalam selimut seharian, semeriah lampu kelap-kelip yang dinyalakan di pohon
cemara setiap kali senja terbenam, dan seriuh lagu-lagu Mariah Carey yang
menggugah rasa sentimental.
Dalam bulan Desember kue-kue
kering beraneka jenis mulai dipanggang, ditata rapi dalam toples kaca, kemudian
tutupnya dilakban, disimpan di lemari yang kuncinya disimpan secara rahasia. Berkerat-kerat
botol dan kaleng minuman bersoda menumpuk di salah satu sudut ruangan. Kusen
jendela dilepas dan mulai dibersihkan dari ujung satu ke ujung lainnya. Gorden yang
sudah berbulan-bulan menggantung dan berdebu diganti gorden baru yang lebih
segar dan ceria. Pohon cemara plastik yang masih kokoh yang biasanya disimpan
di atas lemari atau di gudang kembali dikeluarkan dari dalam kardus. Dahan-dahannya
dirangkai, dihias dengan lampu kelap-kelip dan gantungan lucu aneka bentuk,
kemudian dipajang di salah satu sudut ruang tamu sehingga tampak cantik.
Sesekali di siang hari lagu kompilasi Natal dari Mariah Carey diputar
bergantian dengan lagu rohani.
Tanggal 24 Desember, jam 6 sore kaki-kaki
bersepatu melangkah masuk ke dalam gereja. Kursi-kursi kayu panjang di dalam tidak
akan terisi penuh tapi juga tidak sepi. Jam 9 malam ibadah selesai lalu semua
kembali ke rumah masing-masing.
Tanggal 25 Desember, sejak subuh
dapur rumah sudah berbau daging yang disemur, ayam yang digoreng, atau ikan
yang dibakar. Tidak lupa sayur, kerupuk, puding, atau sup buah segar. Sebelum jam
9 pagi semua sudah tertata rapi di atas meja makan. Sebelum jam 9 juga semua
penghuni rumah sudah selesai berdandan dan siap menuju gereja. Kali ini semua
kursi ruah sampai ke luar gedung. Biasanya tenda-tenda dipasang dan berlusin-lusin
kursi plastik ditata agar semua yang ingin beribadah hari itu kebagian tempat
duduk walau tidak kebagian menonton penampilan dari choir atau vocal group.
Selesai gereja, tangan-tangan
bersalaman, cium pipi kiri dan kanan. Bersukacita karena merayakan hari
kelahiran sang Messias dan bersyukur karena para sanak saudara dari jauh datang
berkunjung. Pulang ke rumah, makan siang dengan hidangan yang sudah disiapkan. Jelang
beberapa jam berikutnya teman, tetangga, keluarga mulai berdatangan. Kue-kue
kering dalam lemari dikeluarkan dan ditaruh di atas meja. Botol minum dan gelas
ikut disajikan. Tamu silih berganti sampai tengah malam tiba.
Tanggal 26 Desember, ibadah hari
kedua. Yang datang beribadah masih seramai hari pertama. Ketika pulang biasanya
tidak langsung ke rumah, mampir ke rumah sanak saudara terdekat. Menikmati makan
siang dan kue-kue keringnya. Lalu kaki akan berpindah ke rumah satu dan lainnya
sampai kembali tengah malam menjemput.
Itu memori saya tentang Natal
yang selalu saya jalani dalam 24 tahun selama tinggal dan besar di Bitung,
Sulawesi Utara. Saya sudah meninggalkan kota kelahiran itu selama 11 tahun
lalu. Kadang mengingat memori itu seperti mengeluarkan ingatan yang
menyenangkan sekaligus menyesakkan dalam satu tarikan. Membuat saya bahagia
namun sedih. Sebuah oksimoron.
Selama tinggal di ibukota hampir
tidak ada kesan yang sama seperti kenangan masa lalu saya dalam merayakan Natal.
Semua berjalan sangat cepat bahkan tidak berasa kalau itu adalah Natal. Masuk gereja
sudah tentu, pulang ke rumah makan siang seperti menu makanan pada hari-hari
biasa, tak ada hiasan pohon cemara mengingat space rumah tidak sebesar rumah di kota kelahiran, tak ada kue
kering bahkan yang dibeli pun tidak ada karena tahu tidak ada yang akan datang.
Tidak ada lantunan lagu Mariah Carey karena tidak ingin menjadi polusi suara
bagi sekitar. Jika ada sedikit berbeda palingan kumpul keluarga di rumah tante
sendiri, adik mama. Semua keluarga yang saya kenal hadir di sana. Menyanyi dan
berdoa sebelum makan. Ngobrol sampai malam tiba. Lalu semua pamit pulang. Kadang
jika hari masih dini, mampir ke mall dan melihat apa yang menarik di sana
sebelum pulang ke rumah.
Natal tahun kemarin tidak jauh
berbeda. Bedanya kali ini dihabiskan di hotel. Tidak pulang kampung tidak
mengurangi rasa sukacita walau besar harapan ingin merayakan Natal di kampung
saja. Sayangnya juga tidak ada kumpul keluarga karena salah satu ponakan harus
diopname di rumah sakit akibat usus buntu.
Yang istimewa ketika sebelum berangkat
ke hotel suami nyiapin sesuatu. Sebuah buket bunga berwarna ungu. Kumpulan
bunga kering alyssum yang dirangkai ala buket biedermeier. Suami saya bukan
tipikal pria romantis dengan aksi remeh seperti ini. Dia juga tidak pintar
mengungkap apa yang ada di kepala dan dadanya kepada saya. Kata cinta juga baru
sekali terlontar dari mulutnya. Padahal kami sudah menikah lebih dari satu
dekade. Ibarat raga saya membutuhkan makanan, tapi jiwa saya juga butuh bunga
dan dia menghadirkan itu. Saya menjura.
Hadiah bunga sudah menjadi
tradisi lama di Eropa, Amerika bahkan Asia. Dari seni merangkai bunga ala
Ikebana Jepang sampai menjadi dekorasi wajib bangsawan Eropa pada abad ke-18. Pada
zaman Victoria saja bunga digunakan sebagai bentuk ekspresi menggantikan
kata-kata yang tidak bisa terucap. Memberi hadiah bunga sebenarnya adalah sebuah
kultur pembuat baper.
Di setiap perayaan selalu ada
bunga sebagai bagian dari selebrasi atau romantisasi sederhana. Bunga bisa menjadi
kado istimewa saat ulang tahun, perayaan kelahiran, ucapan syukur, pernikahan,
atau Natal.
Perempuan akan merasa istimewa
ketika ada yang menghadiahinya bunga. Mau itu sekuntum atau sebuket. Lewat bunga,
perasaan yang tidak terungkap bisa terbaca. Pemilihan jenis bunga juga sakral
untuk menentukan momen dan perasaan. Satu jenis bunga bisa bermakna banyak hal.
Tapi mungkin nggak usah menunggu
ada yang memberi hadiah bunga bila ingin dianggap spesial. Menyenangkan diri
sendiri bisa juga dengan membelikan diri sendiri hadiah sebagai bentuk
apresiasi dan self love. Sekali saya
pernah membeli buket bunga juga untuk diri sendiri karena saya bangga atas
pencapaian saya kala itu. Rasanya tetap bahagia. Karena bahagia kita yang
ciptakan bukan menunggu dari orang lain. Bahagia itu sukacita dari diri sendiri
bukan barang hibahan.
Kalau kalian pengin menghadiahi
diri sendiri, mau kode-kodean ke pasangan, atau mau jadiin parcel Natal dengan
bunga, bisa intip dan pesan di Flower Advisor. Toko bunga online terlengkap
yang pengirimannya bisa ke seluruh Indonesia. Nggak usah kuatir kalau tinggal
di pelosok negeri trus mikir nggak bakal bisa ngasih hadiah buket bunga
menarik. Bisa kok. Setiap orang pasti mau menciptakan momen. Dengan Flower
Advisor kamu bisa kalian menciptakan momen tersebut. Tinggal pilih bunga yang
diinginkan, tulis kata-kata yang menarik, kemudian kirim.
#BridgingtheDistance #FlowerAdvisor
#BridgingtheDistance #FlowerAdvisor
Top 10 best titanium hair dye for beauty salon use
ReplyDeleteTop 10 Best titanium toaks titanium 750ml pot hair dye for beauty salon use · 1. cost of titanium Red Habanero Pepper · 2. Red titanium legs Lemon titanium symbol Pepper · 3. titanium symbol Red Hot Chile · 4.