Wednesday, December 7, 2022

Perempuan, Kultur Melahirkan, dan PCOS

Saya baru tahu term PCOS itu saat scrolling Instagram buka story salah seorang fitnessgram yang saya follow membahas hal ini. Kira-kira itu dua tahun yang lalu. Lalu sempat berpikir struggle yang dia hadapi kok beberapa saya alami juga. Jangan-jangan saya juga memiliki kasus serupa? Ternyata nggak. Ini pure overthinking aja. 


Menurut penelitian 94,2% penyebab PCOS akibat oligomenorrhea atau haid tidak teratur sebagai salah satu penyebab susah hamil. In my case, nihil. Sejak saya mengalami menstruasi di umur 11 tahun, saya jarang sekali telat. Selalu rutin setiap bulan dalam periode 28-33 hari. 


Sabtu, 2 November 2022, saya datang ke Mayapada Hospital Jakarta Selatan. Ini adalah rumah sakit terbaik yang bisa ditemukan di daerah Lebak Bulus. Ada talkshow yang membahas tentang PCOS dan hubungannya dengan kehamilan alami. Narasumbernya ada dr. Malvin Emeraldi SpOG (K) FER - Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Konsultan Subspesialis Fertilitas & Hormon Reproduksi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS) dan Grace Tahir - Direktur Mayapada Hospital



Apa Itu PCOS? 

Kalau di-Indonesiakan sih jadi Sindrom Ovarium Polikistik. Adalah suatu kelainan pada wanita yang ditandai dengan adanya hiperandrogenisme dengan anovulasi kronik dan tidak disertai dengan kelainan pada kelenjar adrenal maupun kelenjar hipofisis. Sederhananya, PCOS adalah gangguan hormonal yang dialami perempuan di usia subur. 


Dokter Malvin menjelaskan, usia subur perempuan ada di rentang 20-36 tahun. Dan puncaknya itu di usia 20-25 tahun. Seiring bertambahnya umur, sel telur yang diproduksi akan semakin berkurang. 


Seseorang didiagnosis mengalami PCOS jika memiliki dua dari tiga gejala klinis di bawah: 

- Amenorrhea / Oligomenorhea

- Gambaran ovarium polikistik

- Hiperandrogenisme klinik/ laboratorium

PCOS bisa menyebabkan hirsutisme, mens tidak teratur, jerawat membandel, obesitas, dan infertil.  


Bagaimana Manajemen untuk Penderita PCOS? 

- Perubahan gaya hidup

- Induksi Ovulasi

- Insulin sensitizer (obat peningkat insulin) 

- Antiandrogen ( obat penghambat aktivitas seks pada laki-laki) 

- Kontrasepsi oral

- Anti obesitas dan bedah bariatrik 

- Ovarian drilling (meminimalkan jumlah folikel menggunakan jarum panas) 


Apakah Penderita PCOS Bisa Hamil Secara Alami? 


Bisa.

Penderita PCOS tetap bisa hamil alami. Semua tergantung seberapa banyak sel telur yang ada. Sel telur memegang peranan penting dalam keberhasilan hamil. Sekitar 70%, sel sperma 20%, rahim 10%. 

Kans untuk hamil meliputi:

- Usia perempuan masih di bawah 30 tahun

- Cadangan sel telur banyak

- Sel telur/sperma bagus

- Sel telur/sperma masih bisa bertemu secara langsung

- Tidak menunda sampai di atas 35 tahun


Tiga modalitas untuk hamil:

1. Senggama masa subur.

Dokter Malvin selalu menyarankan pasien yang ingin hamil untuk melakukan senggama di masa subur. Cara paling mudah untuk mengetahui masa subur adalah melalui tes ovulasi, dengan Ovutest misalnya. 


Mbak Cheryl selaku Product Manager dari Ovutest menjelaskan deteksi masa subur itu bisa dilakukan melalui aplikasi, sampel urine, sampel air liur, dan suhu basal tubuh. Tapi semua aplikasi hanya bisa memprediksi saja, yang bisa mendeteksi secara akurat adalah lewat urine, air liur atau suhu basal tubuh. 


2. Inseminasi Intra Uterine ( IIU ). Program ini memiliki 8,3% keberhasilan kehamilan. 


3. Program IVF (bayi tabung) terbukti 80% untuk pasien PCOS. Bayi tabung adalah opsi terakhir jika hubungan senggama di masa subur dan inseminasi tidak berhasil. 


Dokter Malvin selalu mengutamakan cara alami adalah proses terbaik untuk hamil sebelum memilih inseminasi atau bayi tabung. 


Sementara Grace Tahir bercerita tentang pengalaman beliau sebagai penderita PCOS. Ibu Grace adalah fighter PCOS dengan 3 orang putri. Beliau menikah di umur 27 tahun. Langsung hamil dan melahirkan anak pertama. Selang 1,5 tahun, Ibu Grace dan suami mencoba untuk mendapatkan anak kedua tanpa proteksi. Sampai sudah lewat 2 tahun belum juga ada tanda-tanda kehamilan. Ibu Grace akhirnya memeriksakan diri ke dokter, saat itulah dirinya divonis menderita PCOS. 

Dari hasil pemeriksaan ditemukan banyak sel telur seperti mutiara tapi kecil-kecil. Belum lagi saat itu dirinya mengalami obesitas, mens tidak reguler, sedikit rambut/bulu di tubuh. Ternyata itu semua adalah symptons dari PCOS. 


Usaha untuk hamil lagi dicoba sampai 3 tahun lebih tapi tidak bisa hamil. Akhirnya Ibu Grace mencoba program inseminasi. Ternyata hal ini efeknya sampai menganggu mental health. Beliau sempat depresi selama setahun. Nggak bisa tidur karena rasa cemas dan ketakutan berlebih. 


Sudah inseminasi dua kali tapi gagal. Dokter menyarankan untuk mengubah pola hidup, melakukan diet agar berat badan berkurang. Ibu Grace akhirnya berserah dengan hidup lebih sehat, stop segala pengobatan hormon sampai akhirnya hamil secara natural. 


Jika kita stress kita tambah susah untuk hamil. Jadi apa-apa jangan terlalu dibawa beban. - Grace Tahir


Untuk anak ketiga, Ibu Grace dan suami menunggu 4 tahun. Memilih untuk tidak melakukan segala program kehamilan, tidak suntik hormon atau inseminasi. Di umur 37 tahun dinyatakan hamil lagi. Sayangnya dikehamilan ketiga didiagnosis anak dalam kandungan akan mengalami down syndrome. Sempat mengalami preeklamsia sehingga harus melahirkan secara c-sectio, padahal dua anak sebelumnya lahir secara normal. 


Sekarang ketiga anak perempuannya tumbuh secara sehat dan normal semua. 


Ibu Grace berpesan, kultur yang harus diubah adalah menilai perempuan secara utuh hanya lewat kehamilan. Padahal nilai perempuan itu tidak bisa diukur hanya berdasar sudah melahirkan berapa orang anak saja. 


Dokter Malvin juga berpesan, support paling penting dalam program hamil berasal dari suami dan keluarga. Gaya hidup juga sangat berpengaruh. 

Bagi saya yang sudah memiliki dua orang anak. Ibu-ibu pejuang garis dua adalah sebenar-benarnya ibu terbaik ketika nanti memiliki anak. Segala perjuangan yang menguras energi, mental dan fisik itu sangat membutuhkan dukungan bukan hanya lingkungan kecil dalam keluarga tapi juga dari lingkungan besar atau masyarakat sehat yang nggak judgemental







No comments:

Post a Comment