Dua hari ini bekal makanan si kakak masih ada sisanya. Katanya karena dia sudah kenyang. Tapi sampai di rumah malah minta jajan yang manis-manis. Huft. Ada aja alasannya.
Pemberian makanan manis pada anak itu kurang baik karena kebutuhan gula harian anak itu tidak boleh lebih dari 10% dari total energi yang dikonsumsinya sehari-hari. Efek makanan manis berlebih ini bisa bikin gigi rusak, obesitas, sampai anak kehilangan nafsu makan. Bukan kata gue, loh, tapi kata Badan Kesehatan Dunia.
Selain pemberian makanan manis ini, ada 4 lagi cara pola asuh yang salah. Semisal;
Memaksa anak untuk makan.
Gue termasuk selow sih, kalo anaknya minta baru gue kasih makan. Kalo enggak, ya gak dipaksa. Masalahnya ada di suami gue yang rada memaksa biar anaknya harus makan tepat waktu. Padahal anaknya baru habis makan roti atau bubur eh harus makan nasi dong. Susah emang mental orang Indonesia yang kalo gak makan nasi dianggap gak kenyang. Gara-gara ini kadang suka berantem deh gue sama paksu. Hahaha.
Trus ada MPASI sebelum 6 bulan.
Ini kejadian di anak pertama gue. Karena anak cowok jadinya dianggap lebih cepat lapar makanya di usia 4 bulan sudah disuruh makan pisang sama orang sekitar. Padahal lambung bayi usia berapa aja mau cewek apa cowok sama aja ukurannya. Salah gue, bukannya konsul ke dokter anak, iya iya aja saat disuruh. Maklum kala itu masih new mom, jadi pasrah aja sama perintah orang terdekat yang sudah makan asam garam ngurusin anak. Padahal pola asuh kayak gini ini salah dan berbahaya.
Siapa yang suka ngasih anak makanan tidak sesuai usianya?
Oke, kalo ini gue mengakui rada loss di sini. Kadang ngasih camilan atau makanan gak sesuai porsi. Selalu gue kasih berdasarkan porsi orang dewasa. Padahal pemberian makanan pada anak harus sesuai usianya. Misal pada balita, pemberian jus buah harusnya setengah gelas saja sehari. Gak boleh dikasih satu gelas atau lebih. Iya, walau hanya jus buah yang sekali glek habis tapi kalo diberikan berlebih pada anak yang masih balita salah juga.
Source: pixabay |
Terus, pemakaian DOT yang terlalu lama.
Puji Tuhan anak gue gak suka ngempeng atau memakai dot sampai lama. Anak pertama gue yang besar karena sufor berhenti minum pakai botol sejak masih satu setengah tahun, seterusnya dia minum di gelas.
Jadi orangtua emang banyak dilemanya. Kadang harus terbawa dengan kebiasaan-kebiasaan di sekitar yang kalo gak diikutin dianggap sok tahu, tapi kalo diikutin justru membahayakan bagi anak sendiri. Trus ketika anak jadi sakit, eh kitanya yang disindir gak bisa urus anak dengan baik.
Dua tahun lalu anak kedua gue harus diopname di rumah sakit karena terserang virus dan ada gangguan pernapasan. Ketika gue posting di medsos, tentu saja ada komen yang menganggap gue lalai menjaga anak gue makanya bisa sakit. Ehe he. Sakit banget dikatain begitu. Sebagai seorang ibu, mana gue tega ngarep anak gue sakit. Walau mungkin masih ada pola asuh gue yang salah tapi tetap gak ada niatan agar anak sendiri sampai sakit.
Dulu itu ketika si adek sakit, dia harus dibawa ke rumah sakit tengah malam. Mana suami saat itu sedang di luar kota. Lalu anak pertama besoknya ada ujian semester. Kebayang gak senewennya gue kayak gimana?
Tahunya panik aja karena gak ada yang bisa ditanya-tanyai untuk masukan awal.
Sekarang sih enak, sudah ada Halodoc. Aplikasi yang memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan dokter.
Pada belum tahu Halodoc?
Halodoc ini membantu sekali loh, buibuk. Di aplikasi ini, ada dokter spesialis anak yang selalu siap memberikan saran dan menjawab pertanyaan seputar pengasuhan gizi anak. Kita dengan mudah bisa berbicara lewat video/voice call atau chat.
Tidak hanya dokter anak, aplikasi ini juga memiliki tim medis mulai dari dokter umum, spesialis anak, internis, hingga spesalis mata, yang siap siaga online selama 24 jam.
Bahkan kita bisa menggunakan fitur Pharmacy Delivery untuk membeli kebutuhan medis yang dibutuhkan selama 24 jam pula. Pesanan akan diantar dalam satu jam, dan bebas ONGKIR! Atulah, gratisan beginian selalu disukai buibuk cem gue.
Selain itu kita juga bisa memanfaatkan fitur Labs, yaitu layanan pengecekan kesehatan yang bekerja sama dengan Prodia. Penggunaan fitur ini bisa memungkinkan phlebotomist (petugas lab) untuk datang ke rumah atau kantor, dan melakukan pengecekan darah atau urine. Sayang fitur ini jangkauannya masih seputar Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
Tapi untuk penggunaan fitur konsultasi atau pembelian obat, sudah tersedia di lebih dari 1000 apotek yang tersebar di 20 kota di Indonesia.
Cukup unduh aplikasi Halodoc ini di Google Play atau App Store. Kemudian nikmati kemudahan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan dengan mudah. #katadokterHalodoc #SehatLebihMudah
Halodoc
www.halodoc.com
IG: @halodoc
Aduh aku pernah tuh buat kesalahan pola asuh gizi, tapi sudahlah ya jadi pembelajaran aja buat kita ke depannya.
ReplyDelete