Thursday, September 19, 2019

Reuni Anak 90an di Film Bebas


Semenjak trailer film Bebas muncul di linimasa media sosial, saya langsung kepincut. Tendangan Susan Bachtiar ke seseorang terlihat sangat badass sekali. Saat linimasa sedang heboh, begitu juga dengan WAG receh saya yang langsung membahas tentang trailer film ini. Saya jadi tahu kalau ini remake dari film Korea tahun 2011 yang berjudul Sunny. Sebagai #SobatKoriya tentu saja saya merasa gagal karena kelewatan tentang film ini.




Jadilah sebelum film Bebas tayang, beberapa minggu lalu saya memutuskan untuk menonton Sunny.

Sunny sendiri bercerita tentang 7 anak perempuan SMA yang setelah 23 tahun berpisah kemudian bertemu kembali. Alurnya sendiri dimulai dari salah satu karakter yang sudah dewasa dan melakukan pencarian terhadap teman-teman satu gengnya. Penonton diajak bernostalgia dengan kenangan geng tersebut semasa sekolah di tahun 90an.

Saya menaruh ekspektasi cukup rendah karena kurun dua bulan menonton 2 film Indonesia yang juga dihebohkan di media sosial tapi berakhir kecewa. Jadinya saya nggak berharap banyak di film Bebas ini, walau katanya dibikin plek ketiplek dengan aslinya. “Kata orang” kan kadang nggak bisa dipegang, bisa jadi buzzer berbayar biar filmnya dihebohin bagus.

Tapi seharusnya nama Mbak Mira Lesmana sebagai produser dan Riri Riza sebagai sutradara cukup jadi jaminan kalau emang filmnya bakal bagus. Apalagi Mbak Gina S. Noer yang tampil apik di karyanya Dua Garis Biru. Nggak perlu suuzon “kata orang” ini hanya omong kosong buat muji-muji doang.

Sampai akhirnya saya diundang screening film Bebas ini, Rabu, 18 September 2019 kemarin.



Ternyata film Bebas tidak benar-benar plek-ketiplek dengan film Sunny. Ada perubahan gender beberapa karakter yang didominasi perempuan. Di Bebas, anggota geng hanya berjumlah 6 orang sedangkan di Sunny ada 7. Saya tidak tahu alasan penghilangan salah satu karakternya, tapi tentu saja tidak memengaruhi jalan cerita. Kalau yang sudah nonton Sunny pun pasti tidak akan mempermasalahkan penghilangan karakter ini. Pergantian gender karakter pun tidak menjadi masalah. Justru memberi warna baru di film Bebas.

Ada juga beberapa adegan di film Sunny yang tidak dimasukkan ke film Bebas semisal; kebiasaan salah satu karakter yang merokok atau adegan saat dua karakter nongkrong di pojangmacha sambil minum soju. Dengan kondisi “maaf sekadar mengingatkan” sekarang ini, saya bisa maklum kenapa adegan tersebut tidak ada.

Saya tentu saja lebih relate ke film Bebas ketimbang film Sunny, walau di film tersebut para tokohnya sudah SMA dan saya malah masih SD. Kata-kata prokem, kebiasaan remaja di zaman tersebut, penggunaan alat komunikasi, kirim-kirim salam di radio, dan scoring-nya semua saya suka. Apalagi penggunaan lagu “Bebas” milik Iwa K. Ini salah satu lagu favorit saya zaman dulu. Setiap kali dengar pasti langsung bikin diri saya terdisorientasi ke masa lampau.

Kalau pun ada yang mau saya permasalahkan pastinya hanya pemeran yang dipilih, kok nggak sesuai umur? Tapi itu lah hebatnya para aktris dan aktor ini. Akting mereka bikin saya batal mempermasalahkan umur mereka. *salim ke teh Indy Barends*

Tentu saja kudos sebesar-besarnya lagi ke Mbak Mirles yang aslinya sungguh humble dan Mbak Gina S. Noer atas penulisan ulang naskah Bebas ini. Segala celetukan, ide penamaan karakter, dan jokes-nya dabesssttt!


Kalau di film Sunny saya menangis di ending ceritanya, saya kembali menangis di ending cerita film Bebas.

Film Bebas akan mulai sayang tanggal 3 Oktober 2019. Klean jangan sampai ketinggalan buat nonton.

Tante sungguh approved film ini!

   



   

No comments:

Post a Comment