Semenjak trailer film Bebas muncul di linimasa media sosial, saya langsung
kepincut. Tendangan Susan Bachtiar ke seseorang terlihat sangat badass sekali. Saat linimasa sedang
heboh, begitu juga dengan WAG receh saya yang langsung membahas tentang trailer film ini. Saya jadi tahu kalau
ini remake dari film Korea tahun 2011
yang berjudul Sunny. Sebagai #SobatKoriya tentu saja saya merasa
gagal karena kelewatan tentang film ini.
Jadilah sebelum film Bebas
tayang, beberapa minggu lalu saya memutuskan untuk menonton Sunny.
Sunny sendiri bercerita tentang 7
anak perempuan SMA yang setelah 23 tahun berpisah kemudian bertemu kembali.
Alurnya sendiri dimulai dari salah satu karakter yang sudah dewasa dan
melakukan pencarian terhadap teman-teman satu gengnya. Penonton diajak
bernostalgia dengan kenangan geng tersebut semasa sekolah di tahun 90an.
Saya menaruh ekspektasi cukup
rendah karena kurun dua bulan menonton 2 film Indonesia yang juga dihebohkan di
media sosial tapi berakhir kecewa. Jadinya saya nggak berharap banyak di film
Bebas ini, walau katanya dibikin plek ketiplek dengan aslinya. “Kata orang” kan
kadang nggak bisa dipegang, bisa jadi buzzer
berbayar biar filmnya dihebohin bagus.
Tapi seharusnya nama Mbak Mira
Lesmana sebagai produser dan Riri Riza sebagai sutradara cukup jadi jaminan
kalau emang filmnya bakal bagus. Apalagi Mbak Gina S. Noer yang tampil apik di
karyanya Dua Garis Biru. Nggak perlu suuzon “kata orang” ini hanya omong kosong
buat muji-muji doang.
Sampai akhirnya saya diundang screening film Bebas ini, Rabu, 18
September 2019 kemarin.
Ternyata film Bebas tidak
benar-benar plek-ketiplek dengan film Sunny. Ada perubahan gender beberapa karakter yang didominasi perempuan. Di Bebas,
anggota geng hanya berjumlah 6 orang sedangkan di Sunny ada 7. Saya tidak tahu
alasan penghilangan salah satu karakternya, tapi tentu saja tidak memengaruhi
jalan cerita. Kalau yang sudah nonton Sunny pun pasti tidak akan
mempermasalahkan penghilangan karakter ini. Pergantian gender karakter pun tidak menjadi masalah. Justru memberi warna baru
di film Bebas.
Ada juga beberapa adegan di film
Sunny yang tidak dimasukkan ke film Bebas semisal; kebiasaan salah satu
karakter yang merokok atau adegan saat dua karakter nongkrong di pojangmacha sambil minum soju. Dengan
kondisi “maaf sekadar mengingatkan” sekarang ini, saya bisa maklum kenapa
adegan tersebut tidak ada.
Saya tentu saja lebih relate ke film Bebas ketimbang film
Sunny, walau di film tersebut para tokohnya sudah SMA dan saya malah masih SD.
Kata-kata prokem, kebiasaan remaja di zaman tersebut, penggunaan alat
komunikasi, kirim-kirim salam di radio, dan scoring-nya
semua saya suka. Apalagi penggunaan lagu “Bebas” milik Iwa K. Ini salah satu
lagu favorit saya zaman dulu. Setiap kali dengar pasti langsung bikin diri saya
terdisorientasi ke masa lampau.
Kalau pun ada yang mau saya
permasalahkan pastinya hanya pemeran yang dipilih, kok nggak sesuai umur? Tapi
itu lah hebatnya para aktris dan aktor ini. Akting mereka bikin saya batal
mempermasalahkan umur mereka. *salim ke teh Indy Barends*
Tentu saja kudos sebesar-besarnya
lagi ke Mbak Mirles yang aslinya sungguh humble
dan Mbak Gina S. Noer atas penulisan ulang naskah Bebas ini. Segala celetukan,
ide penamaan karakter, dan jokes-nya dabesssttt!
Kalau di film Sunny saya menangis
di ending ceritanya, saya kembali
menangis di ending cerita film Bebas.
Film Bebas akan mulai sayang
tanggal 3 Oktober 2019. Klean jangan sampai ketinggalan buat nonton.
Tante sungguh approved film ini!
No comments:
Post a Comment