Thursday, December 24, 2020

Perempuan dan Digitalisasi UMKM




Siapa yang ketika tahu 2020 akan tiba punya segudang resolusi yang dengan optimis bisa terwujud? Apalagi iming-iming ramalan cinta dan keuangan sangat baik di tahun elemen tikus logam ini. 


Saya salah satunya.


Saya punya beberapa resolusi di akhir tahun 2019 karena saya yakin 2020 is my year. Saya benar-benar seoptimis itu sampai akhirnya awal tahun 2020 dibuka dengan banjir hebat se-Jabodetabek. Akhir bulan Januari malah virus outbreak di Wuhan dan pada bulan ketiga sampai juga di negara kita. Dari situ, semua resolusi patah arang. 


Tahu-tahu sekarang sudah mau tiba di penghujung tahun. Baru kali ini saya melewati satu tahun yang terasa sangat lama dan berat. 


Di media sosial saya banyak sekali cuitan yang bergema tentang betapa 2020 meluluhlantakkan semua. Beberapa teman-teman mengeluhkan pekerjaan dan usaha mereka yang bangkrut. Tidak terkecuali para pelaku UMKM. 


UMKM jauh sebelum masa pandemi sudah menjadi roda penggerak ekonomi masyarakat. Karena paling gampang diimplementasikan bagi siapa saja. Biasanya para ibu rumah tangga yang bergerak di bidang ini. Sebagai bentuk membantu perekonomian keluarga. 


Persentase pelaku usaha perempuan melalui UMKM di Indonesia mencapai 21%, sedangkan rata-rata secara global 8%. Data BPS tahun 2018 UMKM yang dikelola perempuan di Indonesia 64,5% dari total 37 juta UMKM.


Danone ikut memberdayakan UMKM perempuan melalui gerakan ekonomi. Vera Galuh Sugijanto, VP General Secretary Danone Indonesia mengatakan bahwa Danone Indonesia memiliki program pemberdayaan perempuan dalam pembinaan UMKM yaitu pemenuhan hidrasi dan nutrisi. Ada AQUA Home Service (AHS) dan Warung Anak Sehat (WAS).


Di masa pandemi ini, 50% UMKM menutup usahanya selama pandemi. 88% UMKM tidak lagi memiliki simpanan, tapi kegiatan belanja online masyarakat meningkat sampai 400% akibat mereka membatasi pergi keluar rumah.


Menurut Jonatan End, Digital and Growth Consultant, kegiatan konsumtif seharusnya bisa diubah menjadi kegiatan produktif. Artinya di masa sekarang ini di mana semua serba digital dan instan, yang demen membeli bisa mengubah mindset menjadi seorang penjual karena peluangnya sangat besar. 


175.4  juta dari 272.1 juta penduduk adalah pengguna internet, 59% di antaranya adalah pengguna media sosial yang pemakaiannya rata rata 3 jam 26 menit perharinya. 64% nya memakai internet dengan durasi 7 jam 59 menit. Dengan kondisi seperti ini seharusnya mampu mempergunakan media sosial sebagai bentuk promosi usaha. 


Digital marketing itu penting karena memperluas jangkauan bisnis ke pasar yang lebih luas. Digital marketing selain lewat situs, juga dapat memanfaatkan marketplace, media sosial, bahkan fitur chat seperti WA.


Danone Indonesia bekerja sama dengan Google Indonesia meyelenggarakan program Women Will untuk memberikan dukungan kepada 700-an perempuan untuk meningkatkan usaha UMKM-nya. Selain itu perempuan juga diajarkan apa itu literasi digital sehingga dapat memanfaatkan teknologi untuk belajar memperluas usaha yang sedang dikerjakan.


Jadi, kalian memilih tetap konsumtif apa mau menjadi produktif? 

No comments:

Post a Comment