Di beberapa agama puasa itu suatu keharusan, di agama gue
sih bukan paksaan. Kalau memang mau berpuasa ya monggo. Hanya saja gue jarang
sekali mempraktikkannya. Kalau dihitung baru 3-4x gue berpuasa seumur hidup
ini. Itu pun dengan ogah-ogahan. Salut dengan teman-teman muslim yang bisa
tahan berpuasa selama satu bulan. Gue sehari aja bisa cranky karena tipikal
yang tidak terbiasa menahan lapar.
Belakangan sejak rajin nge-gym, gue jadi banyak belajar
bagaimana agar rutinitas atau gaya hidup gue ini punya dampak yang lebih baik
bagi tubuh. Mengubah gaya hidup tidak semudah hanya mengubah pola makan semata.
Mengubah gaya hidup berarti belajar lagi dari nol. Ini yang kurang dipahami
banyak orang. Knowledge before diet. Harus punya ilmu sebelum melakukan diet. Ya
wajar, pengertian diet sendiri sudah salah kaprah sejak lama.
Dalam proses belajar agar memiliki tubuh ideal ini salah
satu proses yang gue dapat adalah berpuasa atau intermittent fasting. Sejak beberapa
waktu ini dalam intermittent fasting ini sedang ngehits. Salah satu penyebabnya
tentu saja karena bisa menurunkan berat badan, meningkatkan metabolisme tubuh
dan bahkan bisa memperpanjang umur.
Nggak heran sih dengan semua persepsi tentang intermittent
fasting ini, beneran bisa efektif kalau emang diterapkan dengan baik. Hanya perlu
digarisbawahi, tidak semua cocok bagi tiap individu. Misalnya cocok di gue ya
belum tentu cocok di suami gue. Pun dengan segala macam klaim diet masa kini
yang makin beragam. Tidak semua orang bisa mengikutinya. Pada hakikatnya sih,
masing-masing harus mengenal dahulu tubuhnya sendiri. Kalau asal ikut-ikutan
saja ya bisa bahaya bagi kesehatan sendiri.
Dari hasil baca-baca, ada 6 cara populer untuk melakukan
intermittent fasting.
1. Metode 16/8
Metode 16/8 ini adalah metode berpuasa selama 14-16 jam
sehari dengan membatasi “jam makan” harian menjadi 8-10 jam. Di dalam “jam
makan” kita bisa makan 2-3 jenis makanan secara bertahap.
Metode ini sih dikenal dengan sebutan Leangains Protocol
yang dipopulerkan oleh salah seorang ahli fitness bernama Martin Berkhan.
Jadi metode ini sesederhana; selesai makan malam ya udah
nggak boleh makan lagi sampai besok siang. Misalnya, kalau selesai makan malam
pukul 8 malam jadi kita baru bisa makan jam 12 siang keesokan harinya. Yang harus
skip sarapan cem gue pasti berat sih. Karena gue terbiasa sarapan untuk memulai
hari kalau nggak bisa uring-uringan.
Karena ini metodenya puasa makanan, tentu saja minum masih
dianjurkan. Di antara jam puasa tersebut kita masih bisa minum air atau kopi
untuk mengurangi level lapar. Tapi kalau sudah terbiasa puasa pasti nggak
masalah.
Terus ya, kalau sudah berbuka jangan berbuka langsung dengan
junk food atau makanan manis. Ini sama aja boong ceritanya. Kalau memang
niatnya mau memperbaiki metabolisme dan goal pengin menurunkan berat badan,
nutrisi yang diasup harus makanan sehat.
2. Metode 5:2 Diet
Metode ini artinya, makan normal selama 5 hari lalu dalam 2
hari mengurangi asupan kalori harian sebanyak 500-600 kalori/hari. Diet ini
disebut Fast Diet dan dipopulerkan oleh jurnalis Inggris dan seorang dokter
bernama Michael Mosley. Pemotongan 500
kalori ini berlaku untuk perempuan dan 600 kalori untuk laki-laki.
Belum ada studi teruji sih mengenai metode diet ini, tapi
layak dicoba.
3. Metode Puasa Seharian
Penuh
Metode ini dipopulerkan oleh ahli fitness Brad Pilon dan
cukup populer beberapa tahun ini.
Jadi kita dianjurkan untuk puasa selama 24 jam dalam satu
hari dimulai dari makan malam dan berbuka pada makan malam di keesokan harinya.
Atau kalau mau pilih puasanya dimulai setelah sarapan atau makan siang juga
tidak masalah asal dilakukan selama 24 jam. Hasilnya tetap akan sama.
Sama seperti metode di 16/8; air, kopi, dan minuman tanpa
kalori diperkenankan asal jangan makanan padat.
Yang jadi masalah, tidak semua orang bisa melakukan puasa
selama 24 jam. Mungkin bisa dicoba layaknya puasa yang sering dilakukan umat
muslim terlebih dahulu, dimulai dari sahur lalu selesai pada jam berbuka. Kalau
sudah terbiasa baru ditingkatkan menjadi 24 jam. Ini cukup dilakukan seminggu
sekali saja.
4. Metode Hari Pengganti
Metode ini memiliki banyak versi, salah satunya dengan hanya
mengonsumsi kalori harian sebesar 500 kalori saja saat sedang berpuasa. Tentu
saja ini tidak dianjurkan bagi pemula karena akan merasa sangat kelaparan
sehingga tidak nyaman bagi tubuh sendiri dan tidak cocok dilakukan dalam jangka
waktu yang panjang.
5. Metode Warrior Diet
Kalau metode ini kabarnya dipopulerkan oleh ahli fitness
bernama Ori Hofmekler.
Warrior diet menganjurkan untuk makan kecil semisal buah atau
sayur sepanjang siang, kemudian makan besar saat makan malam. Jadi semacam “fast”
di siang hari dan “feast” di malam hari dengan durasi “jam makan” hanya 4 jam.
Warrior diet ini rada mirip sama paleo diet sih, yang
membiasakan untuk makan whole foods.
6. Metode Secara Spontan Hindari Makan
Nah loh, metode macam apa ini?
Dasarnya sih kita nggak perlu repot ngikutin semua pola atau
metode berpuasa yang ada. Metode ini secara simpel bilang, kalau lagi nggak
kepengin makan atau malas buat masak ya udah nggak usah makan. Jadi ketika kita
lagi malas buat sarapan, ya udah nanti aja makan saat makan siang atau malam.
Atau kalau lagi bepergian trus susah nemu makanan yang cocok, ya udah puasa aja dulu.
Tapi pastikan semua makanan yang diasup selama intermittent
fasting ini makanan sehat. Percuma bikin goal mau turun berat badan tapi pas
berbuka eh makannya gorengan, kolak, nasi padang, atau indomie. Pecuma,
Munaroh. Yatapi pengertian makanan sehat ini juga beragam sih, nggak semua yang
terlihat atau digadang sehat itu sehat. Ngerti nggak sih? Mungkin gue bahas
lain kali.
Karena sekarang lagi bulan puasa, ini saat yang tepat buat
praktik dan mengejar target buat bisa singset di 2019.
Sebagai motivasi kalian...
Gue pernah menggendats di 2017 ke 62kg lalu rutin ngegym sejak 2018 sampai sekarang.
Selamat puasa ya teman-teman.
No comments:
Post a Comment