Tuesday, June 28, 2022

Di Amartha dengan 100rb Saja Kita Sudah Bisa Impact Investing

Beberapa bulan lalu sepupu saya mengirim WA yang isinya tentang penyalahgunaan data pribadinya akibat pinjaman online. Sepupu saya kala itu sedang hamil besar dan tinggal menunggu hari kelahiran. Dengan tingkat kehamilan yang tidak mudah karena berapa kali saya baca statusnya harus bed rest di rumah sakit. Kebayang kan stressnya. Hamil besar, rentan keguguran, trus diteror debt collector dari aplikasi pinjaman online

Saya dua kali diundang ke event launching fintech yang concern ke bidang pendidikan dan financial planner. Semua punya misi dan visi yang sama, sebagai jembatan membantu mereka yang membutuhkan dengan spesifikasi tertentu. Tujuannya utamanya sangat baik dengan aturan yang aman. Sudah terdaftar resmi pula di OJK. 

Masalahnya pinjol ilegal yang belum terdaftar menjamur bak cendawan di musim penghujan. Semua karena ada pasarnya. Tahu kalau beberapa masyarakat memang butuh duit cepat apa pun caranya. Cara-cara kotor pun dilakukan, menyebar info dan iklan di media sosial sambil menyertakan link phising. Akhirnya kita jadi sering mendengar cerita orang-orang terjebak pinjol dari beberapa aplikasi ilegal dan mengalami teror selama berbulan-bulan. Sampai sekarang. 

Dunia fintech akhirnya identik dengan hal-hal yang merugikan masyarakat. Padahal masyarakatnya sendiri yang kurang literasi ketika membuka atau mendaftar ke aplikasi tertentu. 

Tanggal 25 Juni 2022 kemarin, saya diundang ke acara launching aplikasi Amartha. 

Apalagi ini? Pinjol kah? 

Amartha adalah aplikasi yang mengutamakan kesetaraan gender. Menjembatani investor dengan para pelaku UMKM agar mendapat kesempatan membuka usaha. Melalui definisi ini saja kita sudah tahu kalau ini bukan aplikasi fintech yang menawarkan uang kaget. Sudah pasti telah terdaftar di OJK. 

Amartha adalah peer to peer microfinance marketplace fintech. Yang pendanaan atau pemberian pinjaman ada di sektor mikro. Amartha hadir karena tahu banyak pelaku usaha mikro di daerah, khususnya perempuan, kesulitan untuk mengajukan dana usaha lewat bank konvensional. 

Iya, Amartha memang sangat concern dengan pelaku usaha perempuan di daerah. Amartha tahu, banyak perempuan tangguh yang harus menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Terutama di masa pandemi ini. 

Apa bedanya Amartha dengan aplikasi fintech lain yang menawarkan jasa serupa? Di Amartha ada value lebih yang dipegang investor karena pendanaannya bisa memberikan dampak lebih kepada rakyat kecil dan lingkungan, terutama kepada pelaku usaha kecil. Jadi ketika kita ikut terlibat di Amartha sebagai investor, kita bukan hanya mendapat keuntungan dari return modal tapi bisa berdampak bagi orang lain. 

Istilah kecenya adalah impact investing. Keren banget kan. Hanya berinvestasi lewat aplikasi Amartha saja kita sudah membantu banyak pelaku usaha kecil. 

Di event kemarin, salah satu narasumbernya adalah Anisa Aprilia - CFP (Certified Financial Planner)

Anisa menjelaskan banyak hal tentang apa saja yang harus kita lakukan ketika ingin berinvestasi. Ada beberapa ragam instrumen investasi:

- Deposito

- Obligasi

- Saham

- Emas

- Reksadana

- Fintech P2P lending

Iya, sekarang fintech p2p lending termasuk instrumen investasi. Semakin berkembangnya dunia digital, semakin berkembang pula cara manusia melakukan berbagai transaksi keuangan. Tapi disarankan bagi yang belum mengerti pelajari dulu instrumennya agar tidak terjebak dan mengalami kerugian karena kurangnya literasi keuangan. 

Mbak Rezky Warni selaku AVP Marketing Amartha menjabarkan lebih detail lagi bagaimana Amartha yang sudah berdiri sejak tahun 2010 sebagai microfinance yang bermisi menghubungkan pelaku usaha mikro dengan pemodal secara online.

Bagaimana banyaknya pengusaha mikro yang sulit mendapatkan modal usaha akibat keterbatasan jaminan, fluktuasi pendapatan, dan ketiadaan sejarah kredit. Dengan teknologi yang tepat dan mengangkat semangat gotong royong di kampung, Amartha percaya mereka dapat menjadi penerima pinjaman yang berkualitas. 

Semangat gotong royong yang dipakai adalah tanggung renteng. Karena orang-orang di daerah masih hidup dan tinggal secara sosial dengan tetangganya. Sehingga dapat membentuk majelis bersama beberapa orang di sekitar rumahnya. Jadi ketika salah satu peminjam tidak dapat membayar pada bulan tertentu, anggota majelis lain mampu untuk menanggung terlebih dahulu. Peminjam akan mengembalikan rente yang dipinjam di bulan selanjutnya. 

Di Amartha juga ada profil dan rating para borrower. Investor dapat memilih untuk menginvestasikan dananya berdasarkan profil dan rating tersebut. Semakin baik rating, semakin lancar juga dana yang dikembalikan. Kerennya, karena ini adalah marketplace, investor bisa bebas memilih memberikan pendanaan kepada pelaku usaha kecil siapa saja. Bahkan bisa berinvetasi ke lebih dari satu orang. Modal dana yang bisa diberikan dimulai dari Rp.100.000. 

Selain lewat aplikasi kita bisa membuka situs Amartha untuk informasi lebih akurat. Selain itu ada blog Money+. Ini adalah majalah daring yang dikelola Amartha, yang mengangkat berbagai macam topik. Mulai dari keuangan millenial, gaya hidup, teknologi dan berita start up, sampai karir dan berbagai macam tips. 

Money+ juga memiliki fitur untuk subscriber mengikuti kuis bulanan dan mendapatkan hadiah menarik. Kita juga berkesempatan untuk mengirimkan artikel ke Money+. Bagi yang artikelnya ditayangkan mendapat beberapa keuntungan, selain dibayar juga berkesempatan ikut field trip gratis ke desa Amartha. Mupeng kan. 

Gimana? Kalian sudah tertarik untuk mencoba berinvestasi di P2P lending seperti Amartha ini? Menurut saya sih worth it. Dengan 100rb saja kita sudah bisa membantu satu pelaku usaha kecil. Jangan dulu mikirin balik modalnya, pikir saja dulu dampak yang sudah kita beri bagi orang lain. Sesederhana itu. 







No comments:

Post a Comment