Rasa-rasanya kebiasaan anak-anak
coret-coret tembok itu sudah umum ya.
Maksud gue, bukan hanya anak gue aja. Kalau sudah ngobrol sama teman
atau ibu-ibu tetangga lain, keluhan seputar anak pasti problematikanya
mirip-mirip. Salah satunya ya kebiasaan corat-coret tembok. Bagi gue sebenarnya
nggak masalah, tinggal dicat ulang. Nah, yang suka cranky biasanya suami. Kalau dia marah, yang kena semprot itu gue.
Ingin rasanya resign jadi ibu rumah
tangga kalau sudah cekcok masalah sepele begitu. Hahaha. Ya kan dikata sebagai
ibu nggak pernah menasehati anaknya apa gimana. Sudah sering diingetin anaknya
tapi tetap diulang juga sama mereka. Huft. #eh
#kokbablascurcol
Jangan sedih sekelas BCL juga
dilemanya sama kok kayak gue. Katanya anak satu-satunya juga demen banget
coret-coret tembok. Memang sih, kita nggak boleh membatasi kreativitas anak. Apalagi
yang hobinya gambar.
credit: avian brands' instagram |
Anak kedua gue misalnya, dia
senang sekali menggambar sejak masih toddler.
Sewaktu di TK saja pernah berapa kali ikut lomba menggambar dan mewarnai sampai
bisa membawa pulang juara dan piala. Ini mungkin yang jadi alasan gue nggak
permasalahin anak gue coret-coret tembok.
Untungnya memasuki usia sekolah
dasar, kedua anak gue sudah bisa mengerti kalau tembok bukan media untuk
menggambar. Mereka gue bebasin minta beli buku gambar atau kertas untuk
menggambar. Hasil dari kreativitas mereka tersebut nantinya tinggal ditempel di
dinding atau di mana saja yang mereka suka.
Dilema tembok kotor sebenarnya
bukan hanya dari coret-coret anak saja. Rumah kotor itu bisa tiap hari dan
datang dari mana aja. Dari ruang tamu, dapur, sampai kamar nggak bakal lolos.
Di ruang tamu misalnya; anak gue kalau nggak coret-coret tembok, pas lagi main
trus tangannya lagi kotor eh tahu-tahu udah ditempelin ke tembok. Kalau di
dapur, noda minyak dari masakan pasti nyiprat ke tembok. Di kamar ya kalau
bukan upil, pasti darah nyamuk yang ditepok. Ada-ada aja emang. Pusing hambatu~
Nah, di zaman serba digital,
bukan hanya teknologi gadget saja
yang berkembang dan berevolusi. Kebutuhan cat tembok juga makin berkembang
sesuai dengan kebutuhan manusia millenial yang ingin serba instan dan praktis.
Avian Brands hadir dengan produk cat premium yang dalam sekali bilas bisa
langsung bersih.
Gue sudah nyobain sendiri melalui
wall experience yang ada saat Avian
Brands launching produk cat tembok
terbaru mereka di Ramayana Terrace, Lobby Hotel Kempinski, Jakarta pada tanggal
30 Juni 2019 kemarin. Tembok yang sudah dilapisi Cat Tembok Supersilk Anti Noda
dari Avian dipersilakan untuk dikotori dengan stabilo, pensil warna, krayon,
dsb. Tinggal semprot pakai air eh langsung luntur dong. Diusap pakai spons,
noda yang nempel langsung hilang. Daebak!
Nggak heran kenapa BCL mau menjadi
brand ambassador untuk produk ini, karena emang sesuai sama kebutuhan beliau
yang juga masih punya anak kecil yang hobi gambar. Gue juga sudah nggak pusing
lagi kalau misalnya area interior dalam rumah terkena noda di tembok, tinggal
cat ulang pakai Cat Tembok Supersilk Anti Noda dari Avian. Jenis-jenis noda
semisal noda dari alam (debu, tanah), noda kuliner (cipratan minuman, saos,
kecap, minyak), sampai noda kreativitas (pensil, krayon, kapur) bisa dengan
mudah dibersihkan.
Kenapa cat tembok premium dari
Avian ini istimewa dan berbeda dari produk cat tembok lain yang menawarkan
janji serupa?
Karena Cat Tembok Supersilk Anti
Noda ini menggunakan teknologi efek daun talas. Produk ini memiliki sifat hidrofobik
yang bisa menolak semua noda yang menempel di permukaan cat tanpa merusak
permukaan cat tersebut. Oh, yang paling utama bagi gue sih harus ramah
lingkungan. Produk cat tembok ini sudah bersertifikasi ramah lingkungan “Singapore’s
Green Label”.
Kalau BCL aja nggak ragu buat
pakai cat tembok ini, kenapa kita yang rakjel nggak mau cobain juga, yekan? Sekali
pakai bisa tahan sampai bertahun-tahun. Menurut gue nggak apa cat tembok rumah
sedikit mahal jika hasilnya bisa awet dan tahan lama. Lebih hemat banget justru
ketimbang beli cat biasa yang murah tapi mudah kotor sehingga dalam setahun
harus berkali-kali dilakukan pengecatan. Rugi tsaayyyy!
No comments:
Post a Comment