Wednesday, July 31, 2019

Festival Literasi Sekolah 2019




Hal yang membingungkan saya adalah ramainya orang datang ke salah satu bookfair terbesar di Indonesia setiap tahunnya selama 24 jam tapi menurut survey lembaga dunia, negara kita justru rangking ke-62 dari 70 negara dalam peringkat literasi.

Seburuk itu kah minat baca penduduk kita?

Kalau berkaca dari diri sendiri mungkin iya sih. Sejak kecil saya terbiasa membaca. Almarhum papa saya setiap pulang kerja selalu membawakan saya majalah atau buku-buku cerita anak. Saya bahkan memiliki banyak sekali koleksi komik, buku cerita, majalah, tabloid, pada masanya dulu. Sebenarnya sampai sekarang pun masih sering membeli buku walau sudah tidak seberapa. Minat membaca saya menurun drastis sejak saya disibukkan dengan kegiatan ngeblog dan menghabiskan cukup banyak waktu di medsos. Ini sebenarnya tidak bisa dijadikan alasan, karena membaca harusnya menjadi kebiasaan bukan paksaan.


Agak miris kalau tahu generasi sekarang lebih banyak menghabiskan waktu dengan membuka medsos dan main game saja tapi tidak membiasakan diri untuk membaca.

Membaca sendiri memiliki banyak sekali manfaat selain memperbanyak kosakata dan pengetahuan. Dengan membaca kita bisa mendapat banyak sekali inspirasi. Kita dilatih agar bisa fokus, mampu menganalisa sampai meningkatkan kualitas memori. Hal yang tidak akan didapat jika kita kurang membaca.

Menurut saya, salah satu langkah baik yang diambil pemerintah adalah dengan mencanangkan program Gerakan Literasi Sekolah pada tahun 2015. Wujud GLS adalah membaca selain buku pelajaran selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Dengan GLS diharapkan siswa terbiasa membaca dan dapat mengambil nilai-nilai dari buku yang dibaca. Saya juga menerapkan ini pada kedua anak saya sebelum mereka tidur. Satu cerita sehari dan meminta mereka menceritakan kembali dengan gaya tutur mereka masing-masing.

Karena penguatan budaya dan kebiasaan literasi yang diterapkan di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab dari kepala sekolah dan guru, melainkan juga menjadi tanggung jawab seluruh elemen publik sebagai pengasuh anak dalam ruang komunal. Terutama dimulai dari keluarga masing-masing. Saya percaya, anak bertumbuh dan berkembang dengan baik itu asalnya dari keluarga sendiri. Dengan mengajarkan dan membiasakan hal-hal baik dari rumah, itu akan tertanam kepada mereka sampai besar.

Untuk mendorong tumbuh kembang kemandirian dan inovasi warga sekolah, khususnya literasi, Kemendikbud mengadakan Festival Literasi Sekolah. Agenda tahunan ini sudah memasuki tahun ketiga. FLS 2019 resmi dibuka oleh Mendikbud, Muhadjir Effendy, di Plaza Insan Berprestasi Kemendikbud hari Jumat kemarin. Acara ini berlangsung dari tanggal 26 Juli-29 Juli 2019.  


Festival Literasi Sekolah 2019 adalah upaya dari Kemendikbud untuk meningkatkan budaya literasi, mulai dari membaca, menulis literasi terhadap IT, serta memotivasi agar gerakan literasi di sekolah dapat berjalan dengam baik dan benar.

perpustakaan mini buatan siswa asal Padang
FLS ini melibatkan 704 siswa dari jenjang SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB se-Indonesia yang memiliki bakat di bidang literasi. Iya, ada anak-anak berkebutuhan khusus juga yang ikut hadir dan memamerkan karya mereka.

komik buatan siswa SLB dari Jakarta

Acara FLS ini bukan hanya diadakan di Jakarta saja tapi juga di Tangerang dan Bogor dengan berbagai macam rangkaian lomba dan acara. Ada juga diskusi, pelatihan, peluncuran dan bedah buku sampai pemutaran film.   

Tahun ini FLS 2019 mengangkat tema Multiliterasi: Mengembangkan Kemandirian dan Menumbuhkan Inovasi yang kegiatannya tidak hanya terbatas pada literasi baca tulis tapi juga mencakup literasi digital, finansial, sains, numerasi serta literasi budaya dan kewargaan.

Ada banyak sekali booth dan juga inovasi-inovasi menarik yang dipamerkan selama FLS berlangsung.




Semoga acara tahunan FLS ini semakin tahun semakin banyak peminat dan bisa menularkan kebiasaan literasi pada generasi muda. Ya, sebenarnya nggak perlu menunggu pemerintah membuat acara seperti ini sih, mulai lah dengan menularkan kebiasaan membaca di keluarga sendiri.    


No comments:

Post a Comment