Menutup tahun 2018 bencana seolah tidak kasih kendor di
negeri kita yang tercinta ini. Belum habis duka bagi korban tsunami di Selat
Sunda dan Lampung, tanggal 30 Desember kemarin angin puting beliung menerjang
di Desa Pangurugan Kulon Kecamatan Pangurugan Kabupaten Cirebon. Angin menyapu ratusan
rumah warga dan menelan korban jiwa.
Sedih banget sih mendengar kabar-kabar tersebut saat banyak
yang berharap bisa menikmati akhir tahun dengan membawa kenangan yang baik
tentang 2018. Sayangnya tidak semua bisa merasakan hal tersebut. Gue sendiri
hanya bisa berharap memasuki 2019 ini,
alam bisa sedikit tenang.
Ngomong-ngomong tentang Cirebon, gue punya sedikit
pengalaman di sana. Suatu waktu gue ikut bersama suami yang ditugaskan ke salah
satu perusahaan semen di Palimanan. Karena tujuannya bukan untuk liburan jadi
tidak banyak lokasi yang bisa dikunjungi. Kami melewati Simpang Palimanan dan mampir
ke Alun-alun Kejaksan. Hari mulai malam saat kami tiba. Deretan kedai makanan
dan minuman mulai ramai. Kelap-kelip lampu menambah semarak suasana malam di
alun-alun.
Tepat di sebelah alun-alun ada Masjid Raya At Taqwa yang
konon adalah masjid terbesar di Cirebon.
Sayangnya kami tidak sempat mampir ke sana karena hari sudah semakin larut.
Kami memilih menginap di jantung kota Cirebon. Jaraknya memang
sedikit jauh dari lokasi kerjaan suami, tapi strategis buat gue untuk
melancong. Ya kan rugi udah ikut jauh-jauh tapi nggak menikmati kota yang dikunjungi. Hotel yang
kami pilih aksesnya dekat dengan area kuliner, Batik Trusmi, Goa Sunyaragi dan
tempat menarik lainnya. Lagipula estimasi kami berada di Cirebon hanya 1-2 hari
saja tergantung cepat tidaknya pekerjaan suami.
Paginya, setelah suami berangkat. Gue langsung siap-siap
untuk mengeksplor lokasi wisata di
sekitar hotel. Destinasi pertama adalah Pesona Batik. Menempati gedung tua
peninggalan Belanda tahun 1920 pada bekas gedung Pegadaian membuat Pesona Batik
menjadi lebih menonjol dibanding batik-batik lainnya. Konsep heritage
betul-betul ditonjolkan sehingga menjadi warna dan daya tarik baru bagi para
pencinta batik. Apalagi letaknya di Jalan Syekh Datul Kahfi No.1 Weru Lor
Kabupaten Cirebon yang dapat diakses langsung dari jalur Pantura.
Pesona Batik selalu mengedepankan kualitas makanya pas gue
sampai ada banyak yang sedang berbelanja dan rata-rata semua adalah penikmat
kain batik. Pesona Batik diharapkan bisa menjadi kebanggaan di Jawa Barat.
Setiap daerah memiliki motif batik tersendiri yang sudah ada ciri khasnya
masing-masing. Di Cirebon sendiri dikenal dengan motif megamendung yang
memiliki nilai dan filosofinya sendiri. Motif batik ini bahkan didaftarkan di
UNESCO agar mendapatkan pengakuan sebagai salah satu warisan dunia.
Ketenaran dari motif megamendung sudah dikenal luas sampai
ke luar negeri. Bahkan pernah dijadikan kover buku batik terbitan luar negeri
karya seorang yang berkebangsaan Belanda. Kekhasannya tidak hanya pada motif
berupa gambar awan dengan warna-warna yang tegas tapi juga nilai-nilai filosofi
yang terkandung di dalam motif tersebut. Dengan adanya Pesona Batik, diharapkan batik Cirebon tidak
kalah pamor dengan batik-batik dari daerah lain, misalnya Pekalongan atau
Jogjakarta.
Gue belanja sampai hampir sore. Ya maklum, namanya buibuk
kalau belanja memang suka lupa waktu. Tahu-tahu suami nelepon kalau kerjaannya
sudah selesai dan dia sebentar lagi akan balik ke hotel. Dia memang hanya datang
untuk inspeksi saja jadi pekerjaan bisa selesai lebih cepat dari estimasi.
Waktu gue di Cirebon memang cukup singkat. Tapi sangat
berkesan. Kapan-kapan kalau ada waktu mau main ke sana dan eksplor lebih banyak
lagi lokasi yang belum pernah didatangi. Di 2019 ini mungkin. We'll see.
No comments:
Post a Comment