Kelompok 4 |
Ada banyak fakta menarik seputar Asian Games kali ini. Mungkin banyak yang belum tahu kalau Vietnam sebenarnya yang akan menjadi tuan rumah untuk Asian Games XVIII. Ada pengundian kandidat tuan rumah, ada tiga negara yang terpilih, Vietnam (Hanoi), Uni Emirat Arab (Abu Dhabi), Indonesia (Surabaya). Vietnam terpilih dengan skor suara terbanyak, sayangnya karena kesiapan negara dan resesi ekonomi, Vietnam akhirnya memilih mundur. Pada tahun 2016, Indonesia akhirnya ditunjuk sebagai pihak penyelenggara. Fakta lainnya, Asian Games ini seharusnya dilaksanakan pada tahun 2019, tapi di tahun tersebut Indonesia akan mengadakan pemilu sehingga pelaksanaan Asian Games dimajukan di bulan agustus 2018. Ini kali kedua Indonesia menjadi penyelenggara dan untuk pertama kalinya dua kota dijadikan sebagai tuan rumah, yakni; Jakarta dan Pelembang. Tentu saja ini bukan pekerjaan mudah, terpilih menjadi tuan rumah dalam sisa dua tahun persiapan butuh kerja keras dan usaha maksimal. Atensi dan dukungan bukan saja berasal dari pemerintah saja tapi dari seluruh rakyat Indonesia untuk menyukseskan terselenggaranya pagelaran olahraga terbesar se-Asia ini.
Menyukseskan
pagelaran Asian Games adalah tanggung jawab besar yang wajib kita emban ketika
dipilih sebagai tuan rumah Asian Games. Tanggung jawab untuk menyukseskan
pagelaran olahraga sebesar ini hanya dapat terjadi bila benar ada turut andil
masyarakat dalam membantu mewabahkan demam Asian Games ini. Nah, untuk
mewujudkan hal tersebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mempelopori
dibuatnya gerakan Dukung Bersama untuk mewadahi peran masyarakat dengan membuat
berbagai program-program. Program-program ini di antaranya kompetisi Gapura
yang melibatkan masyarakat di desa dan perkotaan guna menghiasi daerah
masing-masing dengan hal-hal yang bercorak Asian games serta juga mengadakan
Kompetisi Online untuk mengajak warga dunia maya untuk menyebarkan wabah Asian
Games ke seantero jagat maya. Writingthon Asian Games sendiri merupakan salah
satu kompetisi yang dimaksud guna mengajak para blogger dan pelajar menunjukkan
kebanggan mereka, Indonesia sebagi tuan rumah Asian Games.
Penamaan
Writingthon sendiri terinspirasi dari Hackaton (Hacking Marathon) yang diadakan
oleh para programer di seluruh dunia. Bedanya Writingthon adalah sebuah
kompetisi menulis yang diikuti oleh masyarakat untuk menyebarkan demam Asian
Games 2018. Kompetisi menulis ini mengangkat dua tema besar yaitu, “Dukung
Bersama Asian Games dari Daerahku” dan “Aku Bangga Indonesia Menjadi Tuan Rumah
Asian Games” yang terbagi dalam dua kategori peserta yakni para blogger dan
pelajar/mahasiswa. Kompetisi ini terbagi dalam tiga fase yakni, seleksi,
pengumuman pemenang dan masa karantina. Kompetisi dibuka pada 7 Juni 2018 dan
ditutup pada tanggal 17 Juli, hasil seleksi sendiri diumumkan pada 25 Juli
2018. Fase berikut yakni karantina, diselenggarakan pada tangga 15-18 Agustus
2018 di Jakarta. Rencananya para peserta akan kembali meramu naskah yang mereka
kirim untuk menjadi naskah kolektif untuk menjadi sebuah buku yang diterbitkan
oleh Bitread Indonesia. Selain memperoleh hadiah, penghargaan, ilmu, para
peserta akan diundang menyaksikan pembukaan Asian Games XVIII. Writingthon ini
diharapkan mampu menularkan semangat dan rasa kebanggaan sebagai tuan rumah
pesta olahraga akbar se-Asia ini.
Memasuki
masa karantina, ada cerita menarik dari salah satu peserta Writingthon Asian
Games bernama Azzahra Larasati dari kategori pelajar/mahasiswa asal Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY). Dihari keberangkatan, Azzahra harus mengalami drama
laptop yang tertinggal di Bandara Hadisucipto sesaat sebelum naik ke pesawat.
Azzahra tanpa sengaja meninggalkan tas yang berisi laptop tersebut di lobi
bandara, dia baru menyadari hal tersebut sesaat setelah landing di Bandara Internasional Soekarno hatta. Setelah mengisi
berita kehilangan, panitia Writingthon Asian Games langsung melakukan kordinasi
dengan pihak bandara. Menurut kabar hari ini tangal 16, tas yang berisi laptop
tersebut dapat diambil di bandara Internasional Soekarno Hatta. Pengalaman atas
kejadian tersebut sepertintnya tidak akan pernah dilupakan dan bisa dijadikan
pelajaran untuk semuanya.
*) Artikel ini ditulis oleh Azzahra Larasati, Anastasye Natanel, Fathan Huda, Sudarwin
*) Artikel ini ditulis oleh Azzahra Larasati, Anastasye Natanel, Fathan Huda, Sudarwin
No comments:
Post a Comment